100 Pemimpin Muslim Muda Ikuti Saalam Summit 2023

Konferensi Pers Saalam Summit 2023 di Yogyakarta, pada Jumat (27/10/2023). (dok. kabarkota.com)

SLEMAN (kabarkota.com) – Sebanyak 100 pemimpin Muslim Muda dari seluruh Indonesia mengikuti Salaam Summit 2023 yang dipusatkan di Yogyakarta. Program nasional tersebut diselenggarakan oleh Indika Foundation sebagai program pelatihan kepemimpinan bagi anak muda muslim usia 17 – 18 tahun.

Bacaan Lainnya

Program Director Indika Foundation, Muhammad Abie Zaidannas Suhud mengatakan, program ini bertujuan agar para peserta mampu menerapkan perilaku damai serta memimpin diri maupun orang lain berlandaskan Islam Wasathiyah (Islam berkeadilan), tasamuh (toleransi), ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia), dan mantiq (logika).

“Kami berharap, para pemuda pemudi Islam ini nantinya menjadi pemimpin bagi komunitasnya masing-masing,” ucap Abie dalam konferensi pers yang digelar di Sleman, pada Jumat (27/10/2023).

Abie menjelaskan, program pelatihan itu diselenggarakan melalui serangkaian Zoom Class dan Kelas Offline di Yogyakarta. Dari jumlah tersebut, lima peserta terbaik dalam Salaam Summit akan mendapatkan dana hibah untuk melaksanakan aksi keberlanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Menurutnya, rangkaian Kelas Offline Salaam Summit akan diakhiri dengan kunjungan peserta ke dua kelompok keagamaan berbeda, dengan harapan mereka akan mendapatkan pengalaman dialog antariman dan antarbudaya yang dapat memperkaya wawasannya terkait keberagaman di Indonesia.

Lebih lanjut Abie mengungkapkan, sejak tahun 2017, Indika Foundation sudah memiliki fokus dalam membangun perdamaian di Indonesia melalui program-program peningkatan kapasitas untuk orang muda. Di antaranya, mendampingi lebih dari 60 sekolah dan universitas dengan 11.000 penerima manfaat dalam proyek pendidikan perdamaian.

Sementara itu, Lukman Hakim Saifuddin, salah satu pengisi Kelas Offline dan Zoom Class pada sesi Islam Wasathiyah dalam Salaam Summit 2023 menilai, Salaam Summit sangat strategis, setidaknya dalam dua hal. Pertama terkait dengan tema bahwa perdamaian merupakan seuatu yang mengikat di tengah keberagaman seperti Indonesia.

“Keragaman itu hakikatnya agar kita bisa saling berbagi dan mengisi, serta melengkapi satu sama lain sehingga terwujud perdamaian,” anggap Menteri Agama RI periode 2014-2019 ini.

Kedua, lanjut Lukman, ini juga sangat strategis bagi kaum muda karena mereka yang dilibatkan adalah para calon pemimpin bangsa yang sangat majemuk tapi juga sangat agamis.

“Semua agama pada dasarnya mengajarkan hal yang sama, yaitu bagaimana perdamaian dan keselamatan itu terjaga serta terpelihara dengan baik,” sambungnya.

Lukman berpendapat bahwa pemimpin muslim yang menerapkan prinsip Islam Wasathiyah adalah pemimpin yang adil dan memberi ruang bagi perbedaan pendapat, sekaligus menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang.

Kolumnis dan aktivis, Kalis Mardiasih yang turut berpartisipasi dalam Salaam Summit 2023 sebagai moderator menambahkan, melalui Salaam Summit ini, kaum muda dapat belajar bahwa tasamuh (toleransi) bukan sekadar membiarkan perbedaan, tetapi lebih tentang sifat proaktif dari semua pihak yang terlibat untuk saling memahami dan peduli.

“Pertemuan banyak anak muda seperti ini untuk menyadarkan bahwa kita tidak bisa memandang sebuah persoalan sebagai persoalan individu atau pun persoalan lokal saja, karena hari ini kita sudah menjadi warga global dan warga kolektif bersama dalam sebuah dunia baru bernama internet,” paparnya.

Selain kelas mengenai Islam Wasathiyah, Salaam Summit 2023 juga menghadirkan lima Zoom Class dan enam Kelas Offline lainnya dengan topik yang beragam. Sebanyak 24 tokoh nasional dan internasional juga tercatat menjadi pengisi kelas Salaam Summit, di antaranya General Secretary of the Muslim Council of Elders (MCE) H. E. Judge Mohamed Abdelsalam, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, Direktur PeaceGeneration Indonesia Irfan Amalee, Country Director Search for Common Ground (SFCG) Indonesia Bahrul Wijaksana, Pendiri Institut Mosintuwu Lian Gogali, Managing Director Indika Foundation Ayu Kartika Dewi, hingga Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Siti Rofiah.

Siti Rofiah yang mengisi Mengisi Kelas Offline mengenai pengembangan karakter dan kompetensi memimpin, menyampaikan tentang pentingnya kemampuan berpikir kritis bagi seorang pemimpin.

“Seringkali, kita menyimpulkan suatu hal tanpa melihat fakta. Berpikir kritis melatih kita untuk mencerna, berefleksi, dan membuat keputusan yang berkualitas sehingga adil bagi semua pihak,” kata Siti.”

Siti juga menekankan, keberlimpahan informasi yang tidak disikapi dengan cara berpikir kritis bisa sangat berbahaya dan bisa mengancam keberagaman.

Salaam Summit 2023 ini juga mendapatkan dukunganperhatian dari Muslim Council of Elders (MCE) adalah badan independen lintas negara yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat muslim yang damai, moderat, dan toleran. General Secretary of the Muslim Council of Elders (MCE) , H. E. Judge Mohamed Abdelsalam melalui rekaman video menyampaikan bahwa Indonesia akan senantiasa menjadi sumber inspirasi bagi banyak bangsa dalam hal koeksistensi, saling mencintai, persaudaraan manusia, dan akan terus menumbuhkan spirit penuh harapan.

“Masyarakat Indonesia dikenal dengan sikap rendah hati, suka berbuat baik, dan terbuka untuk semua kalangan. Karena itulah di Indonesia tumbuh berbagai agama, budaya, dan masyarakat,” anggapnya. (Rep-01/Adv)

Pos terkait