2 Tahun hampir Berlalu, Korban Klitih: Saya masih Trauma

Ilustrasi (dok. tribratanews)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Pengalaman buruk masa lalu biasanya meninggalkan trauma mendalam. Apalagi menjadi korban kejahatan di jalanan yang membuat nyawa nyaris melayang.

Bacaan Lainnya

Hal itu juga yang dialami salah seorang pengemudi ojek online di Yogyakarta, Wintolo. Sekitar bulan April 2017, Win menjadi korban pembacokan oleh orang tak dikenal, di wilayah Seturan, Sleman.

“Waktu itu kejadiannya sekitar jam 12.30 dini hari, saya hendak mengantar pesanan makanan ke costumer di dekat selokan mataram. Saat saya hendak belok kanan, saya melambatkan kecepatan motor, tiba-tiba saya dibacok pakai senjata tajam dari belakang,” ungkap Win, di Yogyakarta, baru-baru ini.

Tak hanya itu, lanjut Win, pelaku juga sempat melontarkan kata-kata kasar pada dirinya. Menurutnya, pelaku dua orang, mengendarai sepeda motor matik berwarna putih, yang mengemudi mengenakan helm rapat, sementara pemboncengnya sebagai eksekutor memakai sarung sebagai penutup muka dan tubuhnya.

Beruntung ia tak jatuh dari motornya sehingga bisa langsung tancap gas menjauh. Namun karena panik, tanpa ia sadari, senjata tajam yang dipakai pelaku masih menancap di punggungnya, sehingga ia harus mendapatkan 10 jahitan karena lukanya tersebut.

“Untung ada tas rangsel yang melindungi punggung saja, kalau tidak, saya tidak tahu apa yang terjadi. Dokter bilang, nyaris mengenai tulang saya, sehingga akibatnya bisa fatal,” imbuh pria yang sudah berprofesi sebagai pengemudi ojek online sejak 3.5 tahun terakhir ini.

Meskipun tak meninggalkan pekerjaannya, namun sejak peristiwa itu, ia mengurangi aktifitas kerjanya di malam hari.

“Saya sampai hari ini masih mengalami trauma psikologis,” ucapnya.

Sementara terkait dengan proses hukumnya, Win menambahkan, meskipun sudah berjalan hampir dua tahun, namun pihak kepolisian, khususnya Polres Sleman hingga kini belum tertangkap pelakunya. Padahal sudah ada barang bukti berupa senjata tajam yang sempat menancap di tubuhnya.

Kepolisian berdalih, saat diperiksa, sidik jari pelaku tak terdeteksi secara jelas, karena gagang senjata tersebut telah dimodifikasi dengan dipasang karet ban pada gagangnya sehingga saat terkena angin, sidik jari pemegangnya mudah hilang.

“Kasus saya itu hampir berbarengan dengan bapak polisi yang juga disabet senjata di jalan Magelang. Itu hanya selisih satu jam. Tapi yang kasusnya bapak polisi itu, pelakunya sudah tertangkap. (Rep-01/Ed-03)

Pos terkait