Ilustrasi: Rangkaian kegiatan deklarasi antiklitih di FIB UGM, 29 Oktober 2018. (dok. fib ugm)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Pengamat Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Khamim Zarkasih Putro mengapresiasi Deklarasi Antiklitih yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk perwakilan pelajar di Yogyakarta.
Khamim yang juga pernah melakukan penelitian tentang Klitih di kalangan pelajar ini mengatakan, variabel yang paling dominan mempengaruhi agresivitas, termasuk di dalamnya klithih adalah teman sebaya (peer group). Selain juga pola asuh orang tua, kontrol diri, dan konsep diri remaja.
Menurutnya, variabel dari hasil risetnya tersebut, sejalan dengan hasil kajian yang dilakukan UGM. Solusi yang ditawarkan juga implementatif dan bisa terukur.
“Optimalisasi sosialisasi bahaya klithih ini perlu dilakukan secara lebih masif lagi. Saya mendukung deklarasi masyarakat Yogyakarta yang baru saja dilakukan untuk mengeliminir klithih. Manfaatkan semua media yang ada dan segenap tokoh masyarakat sebagai agen sosialisasi,” kata Khamim saat dihubungi kabarkota.com, Selasa (30/10/2018).
Koordinator Presidium KAHMI DIY ini menambahkan, para remaja perlu juga dibuatkan area beraktivitas yang cukup, sehingga bisa berapresiasi secara lebih terbuka
Sebelumnya, pada 29 Oktober 2018 kemarin, Tim Pengabdian pada Masyarakat FIB UGM menggelar acara Deklarasi Antiklitih, dengan melibatkan kepolisian, perwakilan sekolah, Dinas Pendidikan, Perwakilan pelajar, dan sejumlah aktivis dari komunitas anak muda, dan elemen masyarakat.
Inti dari deklarasi yang bertepatan dengan peringatan 90 tahun Sumpah Pemuda itu, mereka berkomitmen untuk menentang segala bentuk aksi kekerasan, terutama aksi klitih, menciptakan lingkungan yang bebas klitih, serta berjanji untuk tak terlibat aksi klitih.
Ketua panitia penyelenggara acara, Shobichatul Aminah berharap, melalui upaya ini, mata rantai regenerasi klitih bisa terputus.
“Kami berharap, segenap elemen masyarakat Yogyakarta turut mendukung gerakan antiklitih ini, serta mewujudkan kenyamanan di Yogyakarta,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, kain yang diwarnai dengan petisi dan pesan antiklitih dari masyarakat juga dibentangkan di sepanjang tangga menuju Aula Gedung Porbatjaraka FIB UGM. Panitia juga mengumumkan para juara lomba Meme dan video singkat yang berisi seruan Yogyakarta bebas klitih. (Rep-01)