Ilustrasi (paketwisatayogyakarta.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Seorang wisatawan asal Malang, Jawa Timur, Vera mengeluhkan pelayanan dari penjual sate keliling di sekitar trotoar titik nol kilometer Yogyakarta, Kamis (5/5/2016). Pasalnya, ia yang datang bersama dua anaknya merasa tertipu oleh pendagang sate yang mematok harga tidak sesuai tarif awal.
“Awalnya kan penual bilang satu porsi Rp 10 ribu, tapi setelah itu saya diminta bayar Rp 15 ribu dengan dalih ditambah satu tusuk sate. Ini kesannya kan saya dibohongi,” ungkapnya saat ditemui wartawan, di sekitar titik nol km Yogyakarta.
Meski begitu, menurut Vera yang sudah beberapa kali datang ke Yogyakarta, sebenarnya, harga kuliner di kota ini relatif terjangkau. Terlebih, untuk oleh-oleh khas, seperti bakpia yang umumnya sudah ada standar harganya.
Selain itu, perempuan yang pernah tinggal di Yogyakarta selama empat tahun ini juga mengakui bahwa Kota Gudeg ini memiliki daya tarik tersendiri bagi keluarganya. “Ke Yogyakarta itu seperti pulang ke kotamu, karena suami pernah tinggal di Ambarukmo,” kenangnya sembari tersenyum.
Hanya saja, Vera berharap, ke depan, Malioboro menjadi kawasan yang full pedestrian sehingga lebih nyaman bagi pengunjung. “Angkutan umumnya juga lebih diperbaiki dan diperbanyak, terutama Trans Jogja yang sebagian sudah terlihat kumuh,” pintanya.
Sementara ditemui terpisah, Komandan Regu Jogoboro, Paryoto juga membenarkan jika masih ada PKL terutama penjual sate yang nakal dengan mematok tarif di luar kewajaran kepada wisatawan.
“Kami juga menerima laporan dari pengunjung kalau masih ada penjual sate keliling yang mematok tarif sekitar Rp 20 ribu – Rp 25 ribu per porsi,” ujarnya.
Untuk itu, pihaknya mengimbau kepada para wisatawan agar lebih berhati-hati dalam berbelanja, apalagi jika tidak memasang tarif harga. (Rep-03/Ed-03)