Ilustrasi (sumber: lensaindonesia.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (KM UGM) tidak menyatakan menolak atau menerima terkait kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang menaikkn harga BBM Bersubsidi sejak 18 November lalu.
Ketua BEM KM UGM, Adhitya Herwin mengatakan, jika menolak dengan kenaikan BBM Bersubsidi memiliki alasan yang bisa diterima. Mulai dari memberatkan beban hidup masyarakat hingga belum terpenuhinya gaji untuk kebutuhan hidup mereka.
Sementara, kata Herwin, jika menerima kenaikan BBM Bersubsidi juga memiliki alasan yang logis. Alasan itu diantaranya memperingan beban APBN, mengurangi ketidak-efektifan belanja subsidi, serta janji pemerintahan yang akan mengalihkan subsidi ke infrastruktur dan program untuk masyarakat.
"Kami sudah melakukan pengkajian, baik menerima maupun menolak. Keduanya punya alasan yang bisa diterima," kata Herwin kepada kabarkota.com, Kamis (20/11).
Herwin menampik jika sikap tersebut ada kaitannya dengan Presiden Jokowi yang merupakan alumnus UGM. Menurut dia, kajian yang BEM KM UGM lakukan tidak memiliki kaitan dengan lembaga atau organisasi lain.
"Kami tidak ada afiliasi dengan organisasi manapun," kata dia.
Namun Herwin mempertanyakan tidak adanya transparansi acuan penghitungan yang dilakukan pemerintah. Menurutnya, pengelolaan energi yang pemerintah jalankan hingga saat ini tidak ada transparansi.
Ia menambahkan, pihak juga melakukan Gerakan Sadar Energi, seperti Gerakan Mobil 3 in 1 dan Motor 2 in 1, Gerakan Hemat Listrik Kampus, Kampanye Sadar Energi Keliling Kampus, Gerakan Naik Tranportasi Umum, Gerakan Bersepeda di Kampus, Gerakan Jogging Sore, dan Gerakan Tanam Pohon.
"Kami ingin membangun perspektif masyarakat melalui itu. Pemerintah juga harus menyelesaikan mafia migas dan melakukan optimalisasi energi terbarukan," ujarnya.
Sementara, Koordinator Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia, Sabda M. Holil menghormati sikap BEM KM UGM. Menurutnya, masing-masing lembaga atau institusi mempunyai sikap tersendiri. Ia berpendapat, masyarakat tetap akan tetap merasakan dampak langsung atas kenaikan harga tersebut.
"Mahasiswa sebagai kontrol sosial ya harus peka terhadap persoalan sosial," ujarnya.
AHMAD MUSTAQIM