Konferensi Pers #GenAktif Yogyakarta, pada 15 Juni 2022 (dok. kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Pada tahun 2045 mendatang, Indonesia disebut akan mendapatkan bonus demografi dengan jumlah generasi dengan usia 16 tahun – 60 tahun sekitar 70 persen dari total penduduk. Kondisi ini disambut dengan euforia, karena produktivitas masyarakat Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak tertinggi sehingga mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Namun, CEO dan Founder benihbaik.com, Andy Flores Noya berpendapat, jika generasi tersebut tidak dipersiapkan sejak awal sebagai generasi yang berkualitas, maka bonus demografi tersebut justru menjadi ancaman, karena bisa menambah beban negara saat angkatan kerja di usia itu ternyata tidak produktif
“Itu harus kita perhatikan karena bahaya sekali kalau tidak ada kesadaran bahwa bonus demografi itu harus generasi yang berkualitas,” tegas Andy dalam Konferensi Pers #GenAktif Yogyakarta, pada 15 Juni 2022.
Guna mempersiapkan generasi berkualitas tersebut, menurut Andy, anggota PKK dan para guru memegang peranan penting untuk membantu mencetak generasi berkarakter, yang salah satunya mempunyai kepedulian sosial.
“Kita sebenarnya juga harus punya perhatian terhadap anak-anak yang mungkin termarjinalkan oleh perilaku mereka, karena butuh kasih sayang. Apalagi di Yogya ada generasi yang menjadi heboh secara nasional,” sambung Andy.
Menurutnya, anak-anak itu sebenarnya kehilangan kasih sayang dan perhatian dari keluarga maupun sekolahnya. Sementara antara keluarga dan pihak sekolah seringkali saling lempar tanggung-jawab dalam menghadapi anak-anak tersebut. Orang tua dalam keluarganya menganggap bahwa pendidikan menjadi tanggung jawab sekolah atau pun para guru. Sedangkan para guru berdalih bahwa durasi anak-anak di sekolah hanya beberapa jam sehingga selebihnya menjadi tanggung-jawab orang tua
“Karena lempar-lemparan tanggung-jawab itu, maka ada satu kondisi yang kemudian lingkungan berperan. Kalau mereka berada di lingkungan baik, tentu dia akan menjadi baik. Tapi kalau dia berada di lingkungan kurang baik, maka lahirlah anak-anak dengan karakter yang dikhawatirkan,” sesalnya. Salah diantaranya, kebiasaan merokok.
Andy menganggap bahwa pendekatan personal yang lebih manusiawi bisa dilakukan oleh ibu-ibu PKK maupun para guru di sekolah. Semestinya, anak-anak dengan perilaku menghkawatirkan tersebut tidak dikucilkan, melainkan didengarkan dan dirangkul.
“Kalau sentuhan-sentuhan personal ini bisa dilakukan oleh ibu-ibu, termasuk para guru, maka kita bisa menyelamatkan generasi yang kita khawatirkan mungkin akan menjadi beban bagi pemerintah,” anggapnya.
Lebih lanjut pihaknya menjelaskan bahwa benihbaik.com mempunyai tiga pilar, yakni pendidikan, lingkungan, dan UMKM yang saling terkait sebagai sebuah ekosistem.
“Ketika kita berbicara generasi muda, saya dan benihbaik.com itu punya gerakan bersama untuk mendorong anak-anak muda terjun ke dalam sociopreneurship,” paparnya.
Melalui sociopreneurship tersebut, kata Andy, para pelaku usaha dari kalangan generasi muda didorong agar tidak sekadar mencari keuntungan materi, tetapi juga membawa perubahan sosial yang lebih baik bagi orang lain. Oleh karena itu, pihaknya berencana untuk menggelar pelatihan-pelatihan untuk menggerakkan para Ibu-ibu PKK dan pelaku UMKM dari kalangan generasi muda di Yogyakarta.
Wakil Ketua I Tim Penggerak (TP) PKK DIY, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam X sependapat bahwa PKK dan paru guru harus mendukung anak-anak dengan cinta kasih agar anak merasa nyaman, baik di rumah maupun di lingkungan sekolahnya.
“Anak-anak butuh komunikasi untuk mengungkapkan pendapatnya,” ucap istri Wakil Gubernur DIY ini.
Hal serupa juga disampaikan Wakil Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Suhirman yang turut hadir mewakili kepala Dinas. Pihaknya berharap, program Generasi Sehat dan Aktif (Gen Aktif) yang digagas oleh benihbaik.com mampu mendorong semangat genarasi muda agar barkembang dan berfokus pada hal-hal yang positif.
“Pembangunan karakter tidak hanya tergantung pada anak-anak, tetapi kita sebagai orang tua dan guru juga harus menciptakan lingkungan yang supportif pagi mereka,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, salah satu public figure tanah air, Meisya Siregar membagikan pengalamannya dalam mengasuh anak-anaknya yang mulai beranjak remaja.
“Keluarga adalah garda terdepan untuk pendidikan anak,” ucapnya.
Oleh karenanya, kata istri dari musisi, Bebi Romeo ini menyampaikan bahwa dirinya berusaha keras untuk bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya, tanpa men-judge ataupun medikte mereka. (Rep-01)