YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Ruangan Crisis Center di Pusat Pengendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops BPBD) DIY belum dimanfaatkan secara optimal.
Berdasarkan pantauan kabarkota.com, di ruangan yang tidak terlalu luas tersebut, terdapat lima unit komputer dan sebuah televisi layar datar yang sebagian besar tidak dihidupkan.
Supervisor Pusdalops BPBD DIY, Ardian Dwi Roy mengaku, setiap harinya Crisis Center ini lebih banyak digunakan oleh para relawan untuk keperluan di luar koordinasi, atau bahkan tidak dipakai sama sekali.
“Ruangan ini baru sekali digunakan berkoordinasi saat terjadi bencana Merapi 2010 lalu,” kata Ardian kepada kabarkota.com. Padahal menurutnya, peralatan berbasis IT di ruangan ini membutuhkan biaya perawatan meskipun tidak digunakan.
Manajer Pusdalops BPBD DIY, Danang Samsurizal menjelaskan bahwa ruangan ini memang hanya disiapkan jika terjadi situasi krisis.
“Kursi itu untuk perwakilan lembaga utama yang terlibat dalam operasi bencana,” ungkap danang melalui whatsapp. Meski tidak digunakan, sambung dia, tetap ada biaya pemeliharaan yang dialokasikan setiap tahunnya. Hanya saja, Danang mengaku tidak mengetahui secara pasti besaran dana yang disiapkan BPBD selama ini.
Dihubungi terpisah, Pengarah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sarwidi berpendapat, semestinya Crisis Center tidak hanya difungsikan saat terjadi bencana, melainkan juga saat pra dan pasca bencana.
“Pada saat pra bencana, Crisis Center bisa dimanfaatkan untuk latihan-latihan,” jelas Sarwidi melalui sambungan telepon. Pihaknya menyontohkan ruangan itu dapat digunakan untuk pertemuan dan koordinasi saat melakukan simulasi bencana bersama sejumlah instansi terkait lainnya.
Ia menganggap hal itu penting, karena masalah penanggulangan bencana ini tidak hanya ranahnya pemerintah, melainkan juga perlu keterlibatan masyarakat dan dunia usaha. (tri/jid)