Diberhentikan Sepihak, Pekerja Media Bernas Ziarah ke Makam Udin

Ziarah Pekerja Media Bernas di makam Udin, Senin (17/7/2017). (sutriyati/kabarkota.com)

BANTUL (kabarkota.com) – Langit di atas Tempat Pemakaman Umum (TPU) dusun Gedongan, Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, DIY, Senin (17/7/2017) siang itu tampak mendung. Namun, TPU tempat jasad mantan wartawan Harian Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin dimakamkan sejak 18 Agustus 1996 itu tampak didatangi awak media.

Bacaan Lainnya

Di atas pusara Udin, juga terlihat dipenuhi taburan bunga mawar segar, serta kartu pers dan peralatan peliputan. Sebuah poster besar bergambar wajah almarhum Udin dan bertuliskan “Kami Prihatin Harian Bernas Telah Melupakan Perjuanganmu” juga dibentangkan di dekat makam Udin.

Para jurnalis tersebut adalah Pekerja Media Bernas yang kecewa dengan keputusan perusahaan memberhentikan mereka secara sepihak, karena dianggap menentang kebijakan baru dari pihak manajemen.

Mantan pimpinan Redaksi Harian Bernas, Putut Wiryawan menjelaskan, persoalan bermula ketika perusahaan di bawah kendali Hebat Grup menerapkan kebijakan baru, yang pada intinya hanya memberikan porsi 30 persen untuk berita, sementara sisanya yang 70 persen diisi dengan artikel-artikel yang sifatnya promotif dan timeless, per Juli 2017 ini.

“Dari langkah itu, manajemen juga memutuskan tidak lagi memuat tulisan-tulisan dari luar, berita-berita dari koresponden… Nama-nama mereka juga dikeluarkan dari box redaksi tanpa pemberitahuan dan komunikasi apapun. Itu yang membuat kami sakit hati, dan melakukan aksi ini,” jelas Putut kepada kabarkota.com di pemakaman Udin.

Pihaknya menganggap, kebijakan perusahaan tersebut telah mencederai perjuangan Bernas sebagai media yang sebelumnya teguh memperjuangkan kebenaran, kemerdekaan, dan menjalankan fungsi utama pers sebagai pilar keempat demokrasi. Terlebih, Almarhum Udin semasa hidupnya juga telah mendedikasikan diri sebagai wartawan Bernas yang teguh menegakkan kebenaran dan menjaga integritas.

“Kami datang ke sini, untuk menyemangati diri kami dengan mengenang perjuangan beliau, sehingga ke depan, kami bisa survive lagi, eksis lagi di tengah-tengah masyarakat,” tegas mantan anggota DPRD DIY ini.

Hal senada juga disampaikan Rosihan Anwar, salah satu koresponden Bernas yang turut diberhentikan sepihak. Menurutnya, sosok Udin merupakan jurnalis Harian Bernas yang mampu mempertahankan kebenaran dan integritas.

“Kalau mempertahankan kebenaran itu pasti kan ada resikonya. Kalau tidak diancam ya integritasnya dibeli. Tapi Udin tidak takut pada ancaman dan tak bisa dibeli. Sementara Harian Bernas sekarang, lebih mengedepankan sisi bisnis semata,” sesalnya.

Dihubungi terpisah, salah satu redaktur Harian Bernas yang masih aktif, Heru Catur membenarkan bahwa sekarang kebijakan redaksi memang tak lagi mengutamakan pemberitaan. Pertimbangannya, manajemen ingin menjadikan Harian Bernas mengacu pada industri media.

Heru juga tak menampik, ada sejumlah koresponden yang diberhentikan dari Bernas. Hanya saja, ia mengaku tak mengetahui secara pasti alasan perusahaan memberhentikan rekan-rekannya secara sepihak.

“Saya menduga, itu juga tak lepas dari kesulitan keuangan yang tengah membelit perusahaan,” anggapnya.

Pengamat media Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Lukas Ispandriarno berpendapat bahwa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan media, termasuk Harian Bernas menjadi fenomena global. Karena sebelumnya, di Negara-negara maju, seperti Amerika dan Eropa juga terjadi hal serupa.

Kondisi itu, lanjut Lukas, terkait dengan adanya pergeseran trend media dari yang dulunya mengandalkan media cetak kini bergeser ke media online. Meskipun, pergeserannya tidak terjadi secara.drastis.

“Ini sebenarnya sudah lama diprediksi… dan akhirnya terjadi juga di Indonesia,” kata Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi di Pasca Sarjana UAJY tersebut.

Karenanya, Lukas menambahkan, kreatifitas dari para pelaku media menjadi faktor penting agar koran yang bersangkutan tetap bisa memenangkan persaingan di tengah menjamurnya industri media online seperti sekarang. (Ed-03)

SUTRIYATI

Pos terkait