“Disneyland” di Sayidan Yogya, Akankah Dibuka untuk Umum?

Bangunan tua di Kampung Wisata Sayidan Yogyakarta yang disebut-sebut mirip arsitektur Disneyland hingga sempat viral di media sosial. (Sutriyati/kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Bangunan mirip gereja gotic di Kampung Wisata Sayidan Yogyakarta, atau juga disebut “disneyland”-nya Yogyakarta, diharapkan bisa dibuka untuk umum. Mengingat, akhir-akhir ini lokasi tersebut sering dijadikan spot selfie hingga sempat viral di media sosial.

Bacaan Lainnya

Neisya, salah satu warga Yogyakarta yang sempat swa-foto dengan latar belakang bangunan kuno itu berharap, bangunan yang instagramable tersebut bisa dibuka untuk umum. “Kalau bisa akses masuk ke bangunan itu dibuka saja untuk sekedar bisa lihat-lihat dalamnya. Sekarang kan jamannya anak muda suka selfi. Kan kurang asyik juga selfi jauh-jauh kayak gini,” kata Neisya kepada kabarkota.com.

Lebih lanjut ia juga berpendapat, akan lebih bagus jika bangunan yang tengah dalam masa renovasi ini tetap dipertahankan bentuk aslinya, karena memiliki keunikan arsitektur tersendiri.

Dihubungi terpisah Ketua Forum Kampung Wisata Kota Yogyakarta, Sigit Istarto mengatakan, saat festival kampung wisata digelar beberapa waktu lalu, pihaknya juga sudah mengeskpose bangunan itu sebagai salah satu pendukung kampung wisata Sayidan.

“Kami akan mendorong itu sebagai salah satu icon untuk spot selfie di Sayidan,” tegas Sigit.

Namun, pihaknya menambahkan, untuk merealisasikan rencana itu masih terkendala pada kepemilikan bangunan dan lahan luas disampingnya yang berbeda orang.

Siapa sebenarnya pemilik bangunan kuno itu?

Bangunan baru di dalam kompleks “disneyland” Sayidan yang belum usai dibangun. (Sutriyati/kabarkota.com)

Bangunan mirip disneland yang tinggi menjulang itu, akan terlihat jelas dari sisi utara dan timur, dengan warna dominan hitam dan putih yang sudah mulai kusam karena tua dan tak terawat. Sementara kalau dari sisi selatan atupun barat mulai tidak terlihat karena tertutup oleh bangunan-bangunan tinggi di sekitarnya.

Letaknya di tengah perkampungan padat penduduk, dan tertutup oleh pagar yang gerbangnya tertutup rapat, membuat bangunan yang tengah direnovasi tersebut tak bisa dilihat bagian dalamnya. Lalu siapa sebenarnya pemilik bangunan mirip gereja itu? Bagaimana sejarahnya?

Saat kabarkota.com mencoba menelusurinya, baru-baru ini, ternyata dari beberapa warga setempat yang sempat ditemui, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui secara pasti siapa pemilik bangunan itu dan bagaimana sejarahnya.

“Tidak ada yang tahu persis sejarahnya seperti apa. itu milik orang luar,” kata iyang, salah satu warga Sayidan yang tinggal puluhan meter dari bangunan tua tersebut.

Hanya saja, nenek perempuan itu mengungkapkan, proses renovasi bangunan sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu, dan belum selesai sampai sekarang. “Itu katanya sudah menghabiskan milyaran rupiah untuk perbaikan bangunannya,” ucapnya lagi.

Dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bernomer 0703/GM/2013 5320 101 yang terpasang di salah satu sudut bangunan baru, tertera nama pemilik Jujuk Budi Lestari, dengan fungsi bangunan sebagai rumah tinggal. IMB yang diberlakukan mulai tanggal 1 Agustus 2013 itu, memiliki jumlah tiga lantai, di atas bangunan seluas 361.5 meter persegi, dan berlokasi di Sayidan GM 2/5 Yogyakarta.

Sedangkan menurut warga Sayidan lainnya, M. Hisyam, bangunan kuno itu pemiliknya seorang pengusaha batik yang juga membangun museum Ullen Sentalu di Sleman. “Dulu, setahu saya, setiap Rabu dan Minggu sore, banyak anak-anak kecil yang masuk ke gedung itu. Mungkin mereka melakukan peribadatan,” terang Hisyam, saat ditemui di kantor Kelurahan Prawirodirjan Yogyakarta.

Renovasi Bangunan Dipermasalahkan Warga

Renovasi bangunan kuno sejak 2013 lalu hingga kini belum usai. (Sutriyati/kabarkota.com)

Penelusuran berlanjut dengan menghubungi Ketua Kampung Sayidan, Surahman. Saat ditanya terkait dengan kemungkinan menjadikan bangunan kuno itu sebagai icon kampung wisata Sayidan, Surahman menyatakan bahwa pihaknya juga tengah mengupayakan itu.

“Baru kami diskusikan. tapi yang jelas itu bangunan rumah yang berbentuk seni. Bisa kami jadikan salah satu potensi wilayah dari sekian potensi yang ada di kampung Sayidan. Di samping ada potensi kerajinan dan kuliner, seniman, kreasi musik dan penataan kawasan lingkungan yang bersih, berseri penuh warna warni tempat selfie,” tegasnya.

Bangunan itu, lanjut Surahman, dibangun sekitar tahun 1985 silam dan tidak termasuk sebagai bangunan cagar budaya. Pihaknya juga membenarkan bahwa pemiliknya sekarang adalah juga pemilik museum Ullen Sentalu. Namun, nama yang tertera di-IMB bangunan berbeda dengan pemiliknya sekarang.

“Setahu saya Bu Jujuk itu pemilik rumah sebelum dibeli Ullen Sentalu, yang sekarang baru dibangun itu,” ungkapnya

Terkait dengan pembangunan itu, pihaknya yang juga ketua RW 06 menyesalkan diterbitnya IMB tersebut, sebab sebagian warga tak menyetujuinya. Terlebih selama ini pemiliknya tidak pernah tinggal di sana. Termasuk bangunan seni yang ada di sisi baratnya juga tak pernah dihuni.

“Satu bulan lalu sudah saya tanyakan kepada pemilik, jawabannya untuk rumah tempat tinggal. Tapi prosesnya ternyata berubah-ubah.Awalnya renovasi lantai satu, tapi kok membangun baru juga, bahkan bangunannya tiga tingkat. Kemudian muncul juga bangunan menara tingkat lima,” jelas

Warga, terutama jamaah masjid Baitul Mustaqim khawatir dengan pembangunan menara tersebut, karena menempel dengan bangunan masjid. Surahman juga mengaku, warga sudah sering menyampaikan keberatan atas pembangunan itu, namun diabaikan.

“Akhirnya takmir masjid dan pengurus RT/RW dan masyarakat sepakat, pemilik harus menghentikan bangunan menaranya dan di potong dua tingkat, agar tak menimbulkan kekhawatiran, jika sewaktu-waktu terjadi gempa. Tapi saat ini belum dipotong-potong juga,” sesalnya. (Sutriyati)

Pos terkait