YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Terhitung Sejak tahun 2006 PB Djarum melatih atlet binaanya di GOR Kaliputu sebagai tempat latihan. GOR Kaliputu adalah GOR kedua yang pernah dipakai oleh PB Djarum – Kudus setelah GOR di Bitingan Lama.
Proses seleksi untuk mendapatkan bibit unggulan yang tersaring dari Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis adalah berkah buat PB Djarum. Atlet-atlet yang merupakan jagoan di daerahnya masing-masing, dikerucutkan lagi melalui audisi ini sehingga PB Djarum memperoleh bibit emas paling terpoles.
Ajang pencarian bibit atlet bulu tangkis berbakat di Indonesia ini sudah berjalan sejak puluhan tahun silam, tetapi pada 2015 Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis mulai dilakukan di 9 kota berbeda. Jalan panjang PB Djarum akhirnya membuahkan hasil, tak sedikit atlet binaan mereka jadi andalan Indonesia di kejuaraan bulu tangkis dunia.
Selain bibit unggul yang mereka dapatkan, program latihan menjadi kunci lain di balik moncernya atlet binaan PB Djarum. Menu latihan yang tepat sasaran dan berjenjang membantu atlet untuk meningkatkan aspek-aspek yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
PB Djarum mengaku sadar akan hal sekrusial ini. Oleh karenannya, terdapat langkah-langkah yang sudah tersusun dalam program latihan untuk para atlet. Penyusunan program latihan baik itu teknik, strategi bermain, hingga fisik, sudah disesuaikan dengan jenjang usia atlet agar tepat sasaran.
Hal ini dijelaskan oleh Fung Permadi selaku koordinator pelatih PB Djarum. Fung mengatakan, sebagai klub yang di dalamnya terdapat atlet dengan jenjang usia beragam (U-11, U-13, U-15, U-17, dan U-19), terdapat menu latihan yang berbeda di tiap umur. Khusus atlet usia dini —di bawah 15 tahun— pendekatan latihan bersifat umum.
“Untuk U-11 sampai U-15 kami lebih menekankan kepada teknik dasar bermain bulu tangkis yang benar. U-11 itu usia dini dan U-13 anak-anak, mereka terkadang ada yang baru bisa main, terkadang pukulannya masih salah. Lebih kepada teknik dasarnya yang kita benarkan
“U-15 ke atas sudah kami kenalkan strategi main yang lebih khusus lagi, meskipun sejak usia dini sudah diajarkan sedikit soal strategi, tapi di fase ini mereka sudah dikenalkan sedikit-sedikit. Hanya saja tetap ditekankan pada pembenaran teknik dasar.”
“Untuk U-17 dan 19, strategi yang disiapkan lebih khusus, termasuk juga antisipasi seperti apa, kalau kita mukul ke sudut tertentu maka antispiasi pemain harus ke mana, sudah mulai lebih detail.
Selain masalah perbaikan teknik dan strategi ketika bermain, Fung juga menjelaskan terdapat menu latihan fisik yang disediakan PB Djarum. Hal ini dimaksudkan untuk melatih fleksibilitas, kecepatan, kekuatan, kelincahan, dan koordinasi gerak.
Aspek-aspek ini penting untuk atlet karena tanpa fisik yang mumpuni, mustahil bisa mengaplikasikan teknik dan strategi yang sudah dilatihkan. Selain itu, dengan fisik yang prima, atlet mampu menjelajahi setiap sudut lapangan selama pertandingan.
Namun, sekali lagi, ada perbedaan di tiap umur untuk latihan fisik ini. Khusus untuk atlet usia dini dan kanak-kanak, penekanan latihan fisik difokuskan menggunakan berat tubuhnya sendiri.
Bukan tanpa alasan, memang, karena sangat berisiko untuk memberikan atlet usia dini beban yang melebihi beratnya sendiri, misalnya dengan tambahan alat di gym.
“Dari segi latihan fisik kami menekankannya untuk daya tahan. Untuk usia di bawah 15 tahun, latihan kekuatannya difokuskan kepada berat badannya sendiri, U-17 ke atas menggunakan beban dan alat tambahan
“Untuk kecepatan juga sama, di bawah 15 tahun masih dilatih dengan kecepatan murni mereka. Kalau sudah 15 tahun ke atas, kami tambahkan efisiensi gerak di bulu tangkis, misalnya untuk mengiritkan gerak dan foot work-nya harus seperti apa.”
“Karena di bulu tangkis, ada beberapa aspek gerakan: melangkah, melompat, gerak berputar. Terkadang kita harus mengkhususnya gerak, misalnya melompat di situasi atau untuk tujuan apa, karena di bulu tangkis jarang melompat tapi melangkah
.Segala perencanaan yang sudah tersturuktur tidak serta-merta bisa dijalankan dengan mudah. Menu latihan yang diberikan harus disesuaikan dengan jadwal pertandingan atlet, karenanya dibuatlah periodisasi latihan yang terbagi ke dalam fase umum, khusus, persiapan kompetisi, saat kompetisi, dan transisi.
Dengan jadwal pertandingan yang cukup padat, mereka harus bisa membatasi jumlah pertandingan tiap atlet di tiap kategori umum. Tentu saja, ini dimaksudkan agar atlet tidak mengalami overtarining (beban latihan berlebihan).
“Dalam latihan ada periodisasi. Ada perbedaan di tiap periode, jika dekat kompetisi kami lebih banyak melatih dan mengasah strategi bermainnya, main dengan gaya apa. Kami juga menjaga kesegaran fisik dan mental atlet,” tukasnya.
“Untuk menanggulangi ketatnya jadwal pertandingan, kami biasanya membatasi tiap atlet. Agar bisa masuk sistem ranking nasional, untuk U-11, U-13, U-15 dalam satu tahun bermain empat kali. Sedangkan untuk U-17 enam kali dan U-19 mencapai delapan kali dalam setahun.”
Memilih jalan menjadi seorang atlet memang tak mudah. Fung sendiri menjelaskan, biasanya di PB Djarum terdapat 10 sesi latihan dalam satu minggu. Itu artinya atlet bisa digenjot latihan satu hari sebanyak dua sesi, bukan hal yang mudah, bukan? Fung dan staf pelatih lain menyadari betul hal ini.
Oleh karenanya, PB Djarum memfasilitasi para atlet dengan melakukan latihan di luar lapangan bulu tangkis, di antaranya melakukan cross country (lari jarak jauh di luar lintasan lari), berenang, hingga tinju. Menurut Fung, ini bukan lagi suatu keharusan, tetapi lebih kepada PB Djarum menerapkan filosofi kepelatihan.
Menurutnya dan PB Djarum, atlet usia dini kudu diberikan pengalaman gerak olahraga lain. “Latihan fisik di luar lapangan bulu tangkis, biasanya kami lakukan di stadion atau lari di jalanan dengan medan yang berbeda-beda khususnya menanjak (cross country). Disesuaikan keperluan dan semua umur.
“Ada juga latihan untuk refreshing, misalnya latihan tinju, berenang, sepak bola, kita juga sudah sediakan ring basket. Terutama untuk atlet usia dini dikhususkan mencoba bermacam-macam olahraga untuk kemampuan kinetik dan biomekanikanya.
Ini dasar filosofi ilmu kepelatihan, bahwa untuk anak-anak usia dini harus dicobakan dengan bermacam-macam olaharaga, tidak hanya satu cabang.”
Segala program latihan baik itu teknik, strategi, dan fisik, disebut Fung berkaitan erat dengan mental para atlet.
Maksudnya, dengan mental yang baik, seroang atlet akan bisa melahap semua menu latihan dengan baik dan menjalaninya dengan konsisten.
Fung juga menegaskan, mental ketika latihan bakal berpengaruh besar terhadap mental bertanding seorang atlet. Sehingga, tugas para pelatih di PB Djarum untuk melatih atlet-atlet yang lolos seleksi Audisi Umum Djarum Bulutangkis tak hanya membuat atlet kuat soal fisik, tapi membentuk karakter seorang juara.
“Kita sering melihat masalah mental terlalu sederhana, padahal mental ini sangat kompleks sekali. Keseharian, kepribadian atlet seperti apa, itu bisa memengaruhi mental mereka. Makanya dibuat satu sistem dengan mengatur jam latihan jam, jam istirahat dalam rangka pembinaan mental,” ujarnya.
“Mental datang dari karakter atlet sendiri, kalau karakternya sudah bisa mengikuti aturan, sudah punya kesadaran sendiri, maka otomatis mentalnya sudah bagus dan di dalam pertandingan dia sudah tahu harus seperti apa. Untuk jadi seorang juara semua harus lengkap dan semua aspek penting, tidak boleh ada salah satu yang lemah sekali dan diharapkan ada satu sisi yang sangat menonjol sekali.”
Melatih memang bukan perkara sederhana, ada pertaruhan hidup dan masa depan seseorang ketika fisik dan mental tengah digenjot. Namun, Fung percaya tugasnya sebagai pelatih adalah membuka pola pikir atletnya sehingga tujuan menjadi pemain juara tercapai.
“Mau tidak mau atlet harus dipaksa dan yang paling penting mereka mau paksa dirinya. Kita sebagai pelatih membuka cara pikirian mereka untuk mau mendorong diri sendiri, kalau kita sudah coba membuka tapi mereka tidak mau, ya, percuma. Tapi, itu tidak boleh menghentikan kita untuk mencoba terus.”
Dengan detailnya persiapan atlet, wajar jika banyak juga yang ingin mengikuti Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis. Sebab, dari sanalah mereka bisa mencetak atlet kelas satu.
Biasanya di PB Djarum terdapat 10 sesi latihan dalam satu minggu. Itu artinya atlet bisa digenjot latihan satu hari sebanyak dua sesi, bukan hal yang mudah, bukan? Fung dan staf pelatih lain menyadari betul hal ini.
“Mau tidak mau atlet harus dipaksa dan yang paling penting mereka mau paksa dirinya. Kita sebagai pelatih membuka cara pikirian mereka untuk mau mendorong diri sendiri, kalau kita sudah coba membuka tapi mereka tidak mau, ya, percuma. Tapi, itu tidak boleh menghentikan kita untuk mencoba terus.”
Dengan detailnya persiapan atlet, wajar jika banyak juga yang ingin mengikuti Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis. Sebab, dari sanalah mereka bisa mencetak atlet kelas satu. (Ar-01)