Pohon harapan di stand P3AP2KB-PPD Sleman 2018 (sutriyati/kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Sekumpulan anak-anak usia TK – SD tampak asyik bercengkrama bersama, sembari duduk lesehan di salah satu stand Pameran milik Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Sleman, di Lapangan Denggung, Jumat (14/7/2018).
Sebagian dari mereka ada yang sibuk menggambar, mewarnai, dan sebagian lagi menuliskan harapan dan cita-cita mereka yang kemudian digantungkan pada pohon harapan di depan stand tersebut. Kegiatan “Belajar Asik” yang akan digelar selama Pameran Potensi Daerah (PPD) Kabupaten Sleman 2018 ini dimotori oleh Forum Anak Sleman (FORANS).
Ketua FORANS, Afgan mengaku, selama ini pihaknya sangat prihatin dengan perilaku anak-anak yang cenderung kebanyakan bermain dengan gedget dibandingkan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga mereka menjadi apatis.
“Di stand ini ada mewarnai, menggambar, dan menuliskan pohon harapan supaya anak-anak tidak hanya terpaku pada gadget saja, tetapi juga berinteraksi dengan teman-temannya,” kata Afgan kepada kabarkota.com, di sela-sela mendampingi anak-anak.
Nantinya, hasil karya anak-anak ini akan diinventarisasi oleh FORANS, sekaligus untuk membuktikan bahwa di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini, anak-anak masih menyimpan harapan dan cita-cita untuk masa depan mereka yang lebih baik.
Mengacu pada Laporan Hasil Survei Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2016-2017 mengalami peningkatan 10.56%. Jika pada 2016 jumlah penggunanya terhitung 132,7 juta atau 42.12% dari total populasi penduduk Indonesia, maka di tahun 2017 angkanya menjadi 143,26 juta orang atau 54.68%. Dengan kata lain, lebih dari separuh penduduk Indonesia kini diperkirakan telah terjangkau internet.
Sayangnya, dari jumlah tersebut, tidak diketahui secara pasti berapa angka pengguna internet usia anak-anak, khususnya di bawah 10 tahun. Padahal faktanya, sekarang ini banyak anak-anak balita yang sudah terbiasa dengan gadget.
Survei APJII hanya menyebut komposisi pengguna internet berdasarkan usia terendah 10-24 tahun (2016), yakni 24,4 juta jiwa (18.4%) dibandingkan dengan usia pengguna di atasnya. Sementara penetrasi pengguna internet di usia tersebut sebesar 75.5%. Lalu di tahun 2017, anak yang disebutkan usia terendahnya 13-18 tahun, dengan komposisi 16.68% dan persentase penetrasi yang sama dengan tahun 2016.
Sedangkan jenis konten yang diakses di tahun 2016, 97.4% pengguna internet termasuk anak-anak adalah media sosial. Namun, pada tahun 2017 turun angkanya menjadi 87.12%. Meski begitu, angka terbesar untuk layanan yang diakses di tahun ini adalah chatting (89.35%), yang dengan kata lain juga tak lepas dari penggunaan jejaring sosial.
Dari perbandingan tersebut, setidaknya terlihat bahwa jumlah pengguna internet usia anak-anak, utamanya untuk bermedia sosial masih relatif tinggi. Padahal, tidak semua informasi yang tersebar di dunia maya itu benar adanya.
Di sisi lain, psikolog perkembangan dari UGM, Arum Febriani, dalam sebuah Seminar pada 12 Juli 2018, mengungkapkan, banyak perilaku beresiko yang dilakukan oleh anak-anak, semisal Klitih itu salah satunya karena pengaruh teknologi informasi dan telekomunikasi. Selain, karena kurang hangatnya hubungan anak dengan keluarga. (Sutriyati)