Aksi Gejayan Memanggil, di Pertigaan Jalan Gejayan Yogyakarta, pada Senin (12/2/2024). (dok. kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Ratusan massa aksi dari berbagai elemen bergabung dalam aksi Gejayan Menanggil di pertigaaan Jalan Gejayan Yogyakarta, pada Senin (12/2/2024).
Dalam aksinya kali ini, salah satu yang menjadi tuntutan mereka adalah Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dan kroni-kroninya diadili.
Menurut salah satu panitia aksi Gejayan Memanggil dari Forum Cik Ditiro, Masduki, selama rezim Jokowi berkuasa, terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), regresi demokrasi dan kebebasan berekspresi.
“Puncaknya adalah ketamakan berkuasa. Ada keinginan melanggengkan kekuasaan melalui intervensi Mahkamah Konstitusi dan paradilan sehingga hasilnya menjadi seperti sekarang,” tegas Masduki kepada wartawan di Bundaran UGM.
Untuk itu, pihaknya menganggap bahwa sekarang menjadi masa yang tepat bagi masyarakat termasuk para kaum intelektual bersuara dan tindakan yang riil.
Selain mendesak pengadilan terhadap rezim Jokowi, massa aksi yang tergabung dalam Jaringan Gugad Demokrasi juga menyampaikan sejumlah tuntutan. Di antaranya: menuntut revisi Undang-Undang Pemilu dan Partai Pemilu oleh badang independen; menuntut permintaan maaf dari para intelektua dan budayawan pendukung dinasti politik serta penghentian politisasi bansos.
“Di balik setiap kata Jaringan Gugat Demokrasi, terdapat panggilan bersatu dan bersama melawan segala bentuk penindasan, pembatasan kebebasan, dan penyalahgunaan kekuasaan,” tulis mereka dalam siaran persnya.
Jaringan Gugat Demokrasi juga mengajak seluruh lapisan masyarakat agar berperan aktif dalam menciptakan masa depan yang demokratis dan adil. Menurut mereka, itu hanya bisa tercapai jika rezim Jokowi diadili.
Dari pantauan kabarkota.com, ratusan massa aksi bergerak dari bundaran UGM menuju pertigaan Jalan Gejayan Yogyakarta, sekitar pukul 15.00 WIB. Mereka melakukan longmarch dengan membentangkan spanduk dan poster-poster yang bernada protes terhadap rezim Jokowi.
Setibanya di titik utama aksi, massa semakin banyak berdatangan hingga memadati Pertigaan Jalan Gejayan. Lokasi tersebut dipilih lantaran menjadi simbol perjuangan mahasiswa di Yogyakaarta saat reformasi 1998 silam.
Massa aksi yang mendapatkan pengawalan dari aparat kepolisian terebut juga membunyikan kentongan sebagai tanda bahaya di tengah darurat demokrasi yang sedang terjadi di tanah air. (Rep-01)