Ilustrasi (dok. BMKG)
SLEMAN (kabarkota.com) – Gempa besar berkekuatan 7 Skala Richter (SR) mengguncang Lombok Utara, pada Minggu (5/8/2018), pukul 18.46 WIB, dan berpotensi tsunami. Dalam beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 19.24 WIB, di 137 Barat Daya Gunung Kidul DIY juga terjadi gempa, dengan kekuatan 4.5 SR.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY, Nyoman Sukanta menyatakan bahwa gempa yang terjadi di wilayah DIY bukan rambatan dari gempa Lombok.
“ini (gempa di Gunung Kidul) terjadi karena sesar lokal di laut akibat pergerakan lempeng,” jelas Nyoman kepada kabarkota.com, Minggu (5/8/2018).
Sementara Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati melalui siaran persnya meminta, agar masyarakat, khususnya di wilayah Lombok Utara agar menjauhi bibir pantai untuk mengantisipasi terjadinya gelombang tinggi pasca gempa besar.
“Upayakan untuk tetap tenang dan tidak panik,” pinta Dwikorita Karnawati di Jakarta.
Pihaknya juga menyatakan, terus melakukan pemantauan dan berkoordinasi dengan pihak- pihak terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Mantan Rektor UGM ini menambahkan, hingga pukul 19.51 WIB, telah terjadi 16 kali gempa susulan namun dengan magnitudo yang jauh lebih kecil. Meski demikian, BMKG mengimbau agar masyarakat terus waspada dan tidak mendiami bangunan atau rumah yang rawan runtuh.
Informasi terakhir yang dihimpun kabarkota.com dari berbagai sumber dan dibenarkan oleh Kepala BMKG DIY bahwa peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh gempa 7 SR dinyatakan telah berakhir. (sutriyati)