Yogyakarta Youth Strategic Forum 2018, di Fisipol UGM (dok. kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Di mata dunia, Yogyakarta selama ini dikenal sebagai kota pusat kebudayaan. Itu bisa menjadi sumber daya ekonomi kreatif yang luar biasa besar, jika dikembangkan secara optimal.
Oleh karenanya, Direktur Perdagangan Komoditas dan Kekayaaan Intelektual Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Tri Purnajaya berharap, generasi muda, khususnya di Yogyakarta mampu memanfaatkan sumber daya tersebut untuk pengembangan industri kreatif. Salah satunya, dengan membangun bisnis-bisnis startup di bidang kuliner maupun pariwisata.
“Gudeg, misalnya, itu sangat potensial untuk dijual, tinggal bagaimana mengemasnya,” kata Tri kepada kabarkota.com, di UGM, baru-baru ini.
Begitu juga dengan pariwisata, dengan memanfaatkan teknologi informasi, paket-paket perjalanan wisata bisa ditawarkan sedemikian rupa hingga mampu menarik para wisatawan yang lebih banyak lagi untuk datang ke Yogyakarta.
Senada dengan itu, CEO Kuliner Nusantara Grup, Ardantya Syahreza juga menganggap, Yogyakarta sebagai pusat industri kreatif yang sebagian besar. Dengan pasar yang didominasi oleh anak-anak muda, sebenarnya memudahkan para pelaku bisnis untuk melakukan pengembangan-pengembangan bisnis.
“Dalam delapan tahun terakhir ini, bisnis kuliner di Yogyakarta sudah variatif. Tak hanya gudeg atau bakpia saja, tapi juga ada ayam geprek, kafe-kafe, dan lain-lain. Tidak harus indonesian food, tapi yang penting brand-nya Indonesia. Tidak apa-apa, jalan saja terus,” ucap Ardan
Selain itu juga bisnis fashion. Menurut Ardan, meskipun di Yogyakarta ada batik yang tradisional, namun, fashion-fashion modern juga sudah bermunculan.
“Tugas anak muda sekarang adalah melakukan action. Gagal berkali-kali tidak apa-apa, karena itu bagian dari berproses,” imbuh CEO Generasi Muda Indonesia ini. (Rep-03)