Ilustrasi (sutriyati/kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Greenpeace Indonesia mengungkapkan, polusi udara terutama yang disebabkan oleh asap sisa pembakaran batubara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) meningkatkan resiko kematian dini masyarakat.
Team Leader-Climate and Energy Campaign Greenpeace Indonesia, Hindun Mulaika mengatakan berdasarkan riset Dampak PLTU Batubara oleh Tim Penelti Universitas Harvard, Atmospheric Chemistry Modeling Group (ACMG) dan Greenpeace Indonesia (2015), dengan keberadaan 42 PLTU yang beroperasi selama ini, total kematian dini mencapai 6.500 jiwa per tahun. Dari jumlah tersebut, 115 diantaranya adalah anak-anak.
Menurutnya, kematian terbanyak karena stroke sebanyak 2.700 orang. Disusul jantung iskemik 2.300 orang, penyakit pernafasan dan kardiovaskular lainnya 1.200 orang, serta 300 orang karena terserang kanker paru-paru akibat terpapar partikel halus yang terkandung dalam asap tersebut.
“Bayi, ibu hamil, dan orang tua merupakan kelompok paling rentan,” kata Hindun kepada wartawan di Yogyakarta, Rabu (3/8/2016).
Angka tersebut diperkirakan akan bertambah menjadi sekitar 15.700 jiwa per tahun, seiring dengan rencana pembangunan PLTU batubara baru, yang diperkirakan akan tersebar di 104 titik baru.
Hindun berpendapat, sebenarnya Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan pembangkit listrik dengan menggunakan energi terbarukan seperti panas bumi (geothermal), tenaga matahari, dan tenaga angin sebagaimana yang telah dibangun di wilayah Bantul, DIY.
“Kita harus membuktikan fakta bahwa Indonesia termasuk negara dengan potensi terkaya di dunia untuk energi terbarukan dari semua jenis,” tegasnya.
Selain itu, Indonesia perlu mengubah kebijakan yang mengabaika kesehatan rakyaknya, dan melanggar janji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. (Rep-03/Ed-03)