Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi (dok. kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Pencemaran lingkungan oleh sampah plastik, khususnya di pesisir laut menjadi perhatian organisasi pemerhati lingkungan, greenpeace.
Berdasarkan temuan dari hasil gerakan bersih-bersih sampah di Pantai Kuk Cituis (Tangerang, Banten), Pantai Pandansari (Bantul, DIY), dan Pantai Mertasari (Bali), Greenpeace Indonesia mencatat, kebanyakan merupakan sampah plastik jenis food packaging (kemasan makanan) sebanyak 4.556 jenis produk dari 594 merk, personal care sejumlah 491 jenis dari 90 merk, handshold product sebanyak 3.084 jenis dari 86 merk, dan lainnya 2.593 item dari 27 merk.
“Di Yogyakarta (pantai Pandansari) paling banyak ditemukan merk indofood,” sebut Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi kepada wartawan di Sleman, Senin (29/4/2019).
Sedangkan di Pantai Cuk Cituis terbanyak merk Santos Jaya Abadi, dan di Pantai Mertasari paling banyak sampah plastik dari produk Danone.
Sayangnya, kata Atha, hingga kini belum ada rencana dari perusahaan-perusahaan tersebut untuk beralih dari penggunaan plastik sekali pakai (single use plastic). Sementara, tingkat daur ulang sampah juga masih sangat rendah. Di tingkat dunia, baru sekitar 9% dari total plastik yang pernah diproduksi dapat didaur ulang, sehingga banyak yang kemudian hanya ditumpuk ataupun dibakar.
Untuk itu pihaknya berpendapat bahwa satu-satunya solusi untuk mengatasi polusi plastik adalah dengan memproduksi lebih sedikit plastik terutama oleh perusahaan-perusahaan pengguna plastik terbesar, seperti Nestlé dan Unilever.
Selain itu, Atha juga berharap agar jaringan supermarket dapat mengurangi kemasan plastik sekali pakai, dan bergerak menuju sistem isi ulang, serta penggunaan kembali.
“Di sisi masyarakat, gerakan menghindari penggunaan plastik sekali pakai semakin menjamur. Bahkan kian banyak pemerintah daerah yang menelurkan kebijakan melarang penggunaan kantong plastik di jaringan ritel setempat,” ucapnya. (Rep-01)