Seminar Nasional: Sinergi NU dan Muhammadiyah Membangun Peradaban Rahmatan Lil Alamin, di Yogyakarta, Sabtu (6/2/2016). (Januardi/kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Dua Organisasi Masyarakat (ormas) terbesar, Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dianggap sebagai tonggak untuk memperkokoh NKRI. Peran keduanya terbukti telah mampu melepaskan Indonesia dari belenggu penjajah dan mempertahankan kedaulatan negara.
Tokoh NU, Musthofa Bisri alias Gus mengatakan, sebagai dua ormas terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah tidak lagi mempersoalkan tentang konsep negara yang sudah dicetuskan. Tapi sudah turut andil dalam mewujudkan cita-cita bangsa.
Menurutnya, sinergi NU-Muhammadiyah sesungguhnya sudah ada jauh sebelum kedua Ormas itu lahir. Itu terlihat dari kedekatan tokoh pendirinya, yakni KH. Hasyim Asya’ari dan KH. Ahmad Dahlan. Keduanya pernah belajar dan menimba ilmu pada guru yang sama. Selain itu, pendalaman ilmu keduanya hampir sama.
“Cuma yang satu santri kota, yang satu santri desa. Jangan-jangan beliau berdua itu dulu janjian,” ujar Gus Mus dalam Seminar Nasional: Sinergi NU dan Muhammadiyah Membangun Peradaban Rahmatan Lil Alamin, di Yogyakarta, Sabtu (6/2/2016).
Disebutkan Gus Mus ada tiga modal penting yang membuat NU dan Muhammadiyah saling bersinergi. Pertama, kedua tokoh pendiri sama-sama memiliki tradisi pendalaman ilmu keislaman. Ilmu yang dikuasai oleh mereka adalah ilmu yang otentik.
“Kedua, mereka sama-sama mencintai Indonesia itu luar biasa. Indonesia itu rumah mereka,” katanya.
Dan yang ketiga, Hasyim Asya’ari dan Ahmad Dahlan memiliki semangat dakwah yang sama. Dalam metode berdakwah, lanjut adik Gus Dur ini, keduanya juga mencontoh apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Hanya saja NU dan Muhammadiyah itu kan sudah mapan. Biasanya yang mapan itu banyak ngantuknya,” pamungkas Gus Mus.
Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah 2015-2020, Syafiq Al Mughni meyakini, sinergi antara NU dan Muhammadiyah akan berada di masa keemasan pada tahun 2025 mendatang. “Pada waktu itulah keduanya benar-benar akan memiliki peran krusial dalam menentukan arah bangsa,” ujarnya
Hanya saja, ungkap Syafiq, saat ini masih banyak persoalan yang harus diselesaikan. Terutama dalam persoalan politik. “Seringkali kepentingan jangka pendek mengabaikan kepentingan jangka panjang,” anggapnya. (Ed-03)
Kontributor: Januardi