Ilustrasi (dok. Humas Pemda DIY)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Pagebluk (wabah) virus Corona (Covid-19) telah membuat masyarakat khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) resah dan takut.
Karenanya, Sri Sultan Hamengku Bowono X sebagai Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY menyampaikan pesan kepada masyarakat secara rutin, agar selalu waspada dalam menghadapi bencana non alam tersebut
Kepala Bagian Humas Pemda DIY, Ditya Nanaryo Aji menjelaskan, pesan Sultan tersebut disampaikan melalui program Sultan Menyapa melalui tulisan yang diunggah setiap hari Selasa, pukul 08.00 WIB, di berbagai platform media sosial maupun media massa.
Menurutnya, pesan ini merupakan inisiatif Sultan. Seri pertama mengangkat pesan “Mangasah Mingising Budi, Memasuh Malaning Bumi”. Tujuannya, untuk memberikan pengertian agar masyarakat tidak egois. Ilmu yang tinggi akan sangat berarti jika dapat diterapkan dan berguna bagi masyarakat lain. Semangat gotong-royong merupakan modal sosial terbesar rakyat Yogyakarta untuk menghadapi pandemi ini secara bersama-sama.
“Seperti dapat dilihat belakangan ini, jalanan mulai sedikit ramai dibandingkan beberapa minggu lalu. Pesan beliau kali ini diharapkan mampu memberikan penguatan atas pesan-pesan sebelumnya di Sapa Aruh dan pesan agar masyarakat tidak mudik,” kata Ditya dalam siaran tertulisnya, Selasa (14/3/2020).
Dalam pesannya, Sultan menuturkan, Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning bumi, sejatinya adalah dwitunggal-relasional, yang menggambarkan keterkaitan antara kesejahteraan, dan ilmu pengetahuan. Sekaligus upaya menghargai alam serta lingkungan sekitar kita.
Dalam kehidupannya, manusia tentu menginginkan kesejahteraan dan kesentosaan hidup, seperti yang tercermin dalam sesanti “Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Tentrem Karta Raharja”. Sebuah kesejahteraan hakiki, akan dapat diraih oleh manusia apabila mampu melewati segala coba dari Yang Maha Kuasa.
Seperti halnya saat ini, lanjut Sultan, ketika wabah virus Corona menjadi ujian bersama bagi manusia di seluruh dunia, maka dapat dianggap sebagai sebuah pagebluk. Disinilah konsep Mangasah Mingising Budi dan Memasuh Malaking Bumi benar-benar dapat menjadi obat jiwa dan hati dalam menghadapi pagebluk Virus Corona ini.
Di dunia memang banyak para cerdik pandai, dan beberapa berupaya mencapai tataran Mangasah Mingising Budi. Mangasah Mingising Bumi mensyaratkan sebuah pitutur atau nasihat, bahwa setinggi apapun ilmu tak akan bermanfaat apabila bila tidak diamalkan. Ilmu harus diberikan sentuhan rasa, agar menjadi dwitunggal ideal ilmu dan ngelmu.
Ngelmu adalah konsep bagaimana ilmu diamalkan, diterapkan dan pada akhirnya berguna bagi masyrakat di sekitarnya. Implementasi ngelmu akan menjadikan manusia eling lan waspodo, menjadi lebih peka terhadap lingkungannya, baik kepada sesama manusia atau alam sekitarnya.
Konsep dwitunggal ilmu dan ngelmu inilah yang akan membawa manusia pada suasana guyub rukun, sebagai pengingat akan pentingnya tradisi gotong-royong sebagai pengejawantahan filosofi Rukun Agawe Santosa, crah agawe bubrah.
Sekali lagi, tegas Sultan, virus corona ini sejatinya adalah cobaan, yang akan menguji tingkat kesabaran, keselarasan akal dan pikiran, pun kepekaan hati manusia sebagai mahluk sosial.
Dengan bekal gotong royong, sabar lan narimo, dan guyub rukun, manusia dapat menempuh segala coba, melalui berbagai fase yang memang haruslah dilalui. Saat inilah kita harus melakukan instrospeksi atas apa yang terjadi.
Virus corona memang masih menjadi ancaman bagi seluruh penduduk bumi. Tapi percayalah, Tuhan tidak akan pernah memberikan coba yang tidak bisa dilalui oleh mahluk-Nya. Caranya adalah dengan memperkuat kembali konsep “Manunggaling Kawula lan Gusti”.
“Inilah saatnya pemerintah dan masyarakat bergotong-royong, memutus habis mata rantai wabah Virus Corona,” tegasnya.
Seluruh elemen harus bersatu padu, saiyeg saeka praya, satu kata dan satu perbuatan, dalam menyehatkan manusia dan bumi seisinya. Saling percaya dengan rasa tulus, kerjasama, memberi tanpa ada tendensi, dan menghilangkan ego pribadi adalah modal mengembalikan kesejahteraan yang terenggut oleh Virus Corona ini.
Jadilah manusia yang berbekal cahaya atau nur, di mana manusia akan bermanfaat bagi orang lain. Lakukan perbuatan baik, walau sekecil apapun, selaras dengan filosofi “Urip Iku Urup”.
“Mari bersama-sama mencapai tataran hidup Hamemayu Hayuning Bawana, melalui laku Ambrasta dur Hangkara, melalui titian batin Mangasah Mingising Budi, dan Memasuh Malaning Bumi,” ajaknya. (Ed-01)