Harga BBM Naik, Ini Curhat Sopir Angkutan Pedesaan di Jombor

Junaedi di bersama rekannya di depan kendaraan angkudes yang terparkir
di terminal Jombor sleman selama berjam-jam sembari menunggu penumpang,
Rabu (19/11). (Sutriyati/kabarkota.com)


SLEMAN (kabarkota.com)
– Pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, Situasi di
Terminal Jombor, Sleman, Rabu (19/11) terlihat relatif lengang
dibandingkan hari biasanya. (Baca: Mulai 18 November, Pemerintah Naikkan BBM Subsidi Rp 2 Ribu per Liter

Bacaan Lainnya

 

Meski begitu, berdasarkan pantauan kabarkota.com,
sejumlah kendaraan umum angkutan pedesaan (angkudes) masih beroperasi.
Padahal sebelumnya, Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Pengusaha Angkutan
Darat (DPP Organda) agar mereka melakukan aksi mogok nasional, sebagai
bentuk protes kepada pemerintah atas kenaikan harga BBM bersubsidi,
mulai Selasa (18/11) kemarin. (Baca: Besok, Organda Sleman Mogok Sehari )

 

Seorang sopir angkudes yang sempat ditemui kabarkota.com,
Junaedi mengaku, dirinya sengaja mengoperasikan kendaraannya karena
tidak mendapatkan imbauan dari koperasi untuk melakukan aksi mogok hari
ini.


Hanya saja, pria yang telah berprofesi sebagai sopir sejak tahun 80-an
ini menyatakan, penumpang angkudes hari ini terhitung sangat sepi. "Para penumpang sepertinya takut kalau dicegat (diberhentikan) di jalan," kata Junaedi.

Akibat sepinya penumpang kali ini, pihaknya harus memarkir kendaraannya
bersama sejumlah angkudes lainnya hingga berjam-jam sembari menunggu
penumpang yang datang. "Kalau normalnya, 10 menit kami sudah harus jalan," aku pria asal prambanan tersebut.

Ia menambahkan, kenaikan harga BBM bersubsidi kali ini telah membuat
para sopir angkudes semakin merugi. Pasalnya, setiap harinya mereka
harus mengeluarkan minimal Rp 50 ribu untuk membeli solar sebelum harga
dinaikkan, kini minimal Rp 75 – 100 ribu harus dikeluarkan untuk bisa
mengoperasikan kendaraannya. Sementara penghasilan dari penumpang
seringkali di bawah Rp 100 ribu.

"Kadang saya terpaksa memakai uang belanja istri untuk bisa membeli solar," keluh pria paruh baya ini.

Oleh karenanya Junaedi berharap, agar pemerintah memperhatikan nasib
mereka, dan bisa mencarikan solusi agar para sopir angkudes bisa
beroperasi dengan penghasilan yang lebih baik seperti sebelumnya.

SUTRIYATI

Pos terkait