Ingkung Kuali (dok. istimewa)
BANTUL (kabarkota.com) – Ingkung menjadi salah satu kuliner tradisional yang terkenal di kalangan masyarakat, khususnya di Yogyakarta.
Ingkung merupakan olahan daging ayam kampung utuh dan diberi bumbu opor, kelapa, dan daun salam. Dulunya, ingkung hanya bisa dinikmati masyarakat ketika sedang menggelar hajatan tertentu, karena masakan ini sebagai ubo rampe, simbol bayi yang masih suci. Tapi sekarang, menu lauk ‘ndeso’ bisa dinikmati kapan saja. Bahkan, ingkung menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan.
Peluang bisnis ini yang ditangkap oleh Dukuh Kalakijo, Desa Purwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY, Sareh Supardi, dengan mendirikan Ingkung Kuali di wilayahnya, sejak tahun 2014 lalu.
Dalam menjalankan usaha ini, Sareh tak sendiri, melainkan ia menggandeng dukuh-dukuh di sekitar wilayahnya, yang tergabung dalam Paguyuban Dukuh Guwosari, Lembaga Pemasyarakatan Masyarakat Desa (LPMD), dan Yayasan Haleyora, dalam merintis usaha kuliner tersebut.
Sesuai dengan namanya, ingkung menjadi menu andalan di resto yang terletak di Desa Wisata Guwosari, tepatnya di Dusun Kalakijo, RT02, Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Bantul, DIY.
“Kami namai ingkung kuali karena memasak ingkungnya secara tradisional, dengan tungku dan kayu bakar,” kata Sareh kepada kabarkota.com, Minggu (21/10/2018).
Menurutnya, ingkung yang ditawarkan di Ingkung Kuali, memiliki sejumlah varian, mulai dari ingkung original, ingkung goreng, dan ingkung rica-rica. Harga yang dibandrol Rp 120 ribu – Rp 150 ribu per porsi, yang bisa dinikmati 4 – 8 orang.
Selain menu utama, Ingkung Kuali juga menyediakan aneka kudapan tradisional, seperti kacang rebus, pisang rebus, dan singkong rebus, dengan harga mulai Rp 6 ribu per porsi, dan aneka minuman, dengan harga rata-rata Rp 3 ribu.
Di lahan seluas 4 ribuan meter persegi ini, pengunjung tak sekedar bisa menikmati sajian ingkung yang lezat, tapi juga bisa menyewa hall berkapasitas 300 orang, rumah limasan dengan daya tampung hingga 60 orang, spot-spot selfie, dan fasilitas pendukung lainnya, seperti outbond dan juga kolam renang yang berada di kompleks ini.
Dengan memadukan menu ‘ndeso’ dan suasana di tengah pedesaan, Ingkung Kuali menjadi salah satu destinasi wisata kuliner yang menarik bagi para pengunjung. Karenanya dalam sehari, Sareh mengaku bisa menjual 10 – 150 porsi ingkung. “Ingkung rica-rica menjadi menu favorit pengunjung,” ungkapnya.
Setiap harinya, Ingkung Kuali buka mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB, kecuali hari Jumat – Minggu, tempat ini dibuka hingga pukul 21.00 WIB. (Rep-2)