Jadi Kampung Bule, Prawirotaman Yogya Dihadapkan pada Benturan Budaya

Salah satu sudut Kampung Bule Prawirotaman Yogyakarta (dok. kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan sekaligus Kota tujuan wisata menjadi ‘jujugan’ para pendatang. Termasuk, Warga Negara Asing (WNA). Baik sekedar untuk berwisata maupun untuk belajar, hingga tinggal sementara untuk berbagai kepentingan.

Bacaan Lainnya

Kampung Prawirotaman di Kelurahan Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta merupakan salah satu wilayah yang banyak disinggahi WNA hingga dijuluki Kampung Bule Prawirotaman.

Lurah Brontokusuman, Maryanto menyebutkan, dari sekian banyak WNA yang ada di wilayahnya, 13 orang diantaranya telah mengajukan permohonan tinggal sementara. Jumlah tersebut terdiri dari 9 orang laki-laki-laki, dan empat orang perempuan.

Pihaknya mengaku, dengan kehadiran WNA di tengah-tengah masyarakat, tak jarang memicu terjadinya gesekan-gesekan sosial, karena perbedaan kultur.

Maryanto mencontohkan, salah seorang WNA, pemilik tempat hiburan di Kampung Prawirotaman yang dipermasalahkan warga karena perilakunya yang dianggap melanggar batas kesusilaan. Selain itu, tempat usahanya yang tak memiliki lahan parkir memadahi juga membuat warga sekitar merasa terganggu.

Kepala Seksi Pemerintahan, Pelayanan dan Trantib Kelurahan Brontokusuman, Sutris menambahkan, selama ini masyarakat menginginkan agar para WNA di sana, khususnya yang memiliki usaha agar menaati aturan, seperti berpakaian yang sopan, dan menurunkan papan promosi bergambar minuman-minuman beralkohol yang banyak terpampang di depan cafe-cafe mereka.

“Kalau untuk pakaian sudah lumayan ditaati, yang papan-papan itu juga sudah berkurang… hanya permasalahan terakhir itu yang belum selesai sampai sekarang,” kata Sutris kepada kabarkota.com, saat ditemui di kantor kelurahan Brontokusuman Yogyakarta, Kamis (5/9/2019).

Menyikapi adanya permasalahan tersebut, Camat Mergangsan, Rini Rahmawati menyatakan, pihaknya akan segera melakukan pertemuan dengan berbagai pihak terkait untuk melakukan mediasi. Sekaligus mencari solusi guna mengatasi persoalan tersebut.

“Untuk WNA, kami koordinasikan terus.Kami juga berupaya nantinya berkoordinasi dengan hotel-hotel terkait. Ke depan, kami berencana melibatkan para WNA itu supaya peduli dengan lingkungan di sini,” tutur Rini.

Tujuannya, kata dia, supaya tercipta rasa saling menghormati, serta mengenalkan budaya lokal kepada para WNA. Dengan begitu, tidak lagi terjadi gesekan-gesekan budaya sebagaimana di Kampung Prawirotaman.

Namun terkait jumlah data WNA yang berada di wilayah Mergangsan, Rini mengaku tak mengetahui secara pasti. Pihaknya berdalih bahwa terkait dengan kependudukan menjadi ranahnya Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Sedangkan untuk permohonan ijin tinggal sementara, pendataan ada di kelurahan-kelurahan. (Rep-01)

Pos terkait