Jelang Libur Akhir Tahun, TPID DIY Sampaikan Imbauan terkait Inflasi

Ilustrasi (dok. istimewa)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Direktur Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY, Budi Hanoto mengimbau agar masyarakat mewaspadai kenaikan inflasi, jelang libur akhir tahun 2018 ini.

Bacaan Lainnya

Imbauan tersebut disampaikan Budi, mengingat, tekanan inflasi dapat berlangsung lebih tinggi sejalan dengan peningkatan demand saat libur akhir tahun. Pada November 2018 DIY mencatatkan inflasi bulanan sebesar 0,46% (mtm). Dengan inflasi tersebut, akumulasi inflasi sepanjang 2018 di DIY tercatat sebesar 2,08% (ytd) dan laju inflasi tahunan sebesar 3,00% (yoy). Pencapaian ini tercatat lebih tinggi dibandingkan Nasional sebesar 0,27% (mtm).

“Jika dibandingkan dengan kondisi inflasi kota-kota di Pulau Jawa, Yogyakarta menempati urutan kedua tertinggi setelah Kota Serang yang mengalami inflasi 0,47%,” ungkap Budi, dalam siaran pers, 3 Desember 2018.

Dilihat dari komponen inflasi, lanjitnya, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 1,40% (mtm). Tekanan harga pada sejumlah komoditas strategis menjadi faktor utama pendorong inflasi, yaitu bawang merah, cabai merah, telur ayam ras, beras dan daging ayam ras.

“Kenaikan sejumlah komoditas strategis tersebut sesuai dengan pola musiman yang dipengaruhi lonjakan permintaan menjelang libur akhir tahun,” sebut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY ini.

Selain itu, kenaikan harga pada komoditas beras, bawang merah dan aneka cabai juga terjadi seiring dengan berakhirnya panen raya dan masuknya musim tanam di beberapa wilayah sentra produksi.

Sementara itu, imbuh Budi, kelompok administered price tercatat lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 0,34% (mtm). Tekanan harga dari tarif angkutan udara dan komoditas bensin non subsidi menjadi penyumbang utama inflasi di November 2018.

“Penyelenggaraan event internasional di DIY maupun Borobudur mendongkrak kenaikan tarif angkutan udara akibat melonjaknya permintaan terhadap tiket transportasi baik udara maupun darat,” katanya.

Di sisi lain, inflasi kelompok inti relatif stabil meskipun mengalami tekanan dari komponen tarif tukang bukan mandor, besi beton, dan upah pembantu rumah tangga. Meningkatnya tarif tukang bukan mandor serta besi beton sejalan dengan adanya percepatan proyek konstruksi strategis secara nasional pada akhir tahun.

Karenanya, TPID melakukan sejumlah upaya berikut ini, guna mengantisipasi berlanjutnya tekanan inflasi ke depan:

Pertama, melakukan sidak atau pemantauan harga dan pasokan di pasar tradisional, pasar modern serta distributor bersama dengan Satgas Pangan dan aparat keamanan untuk menjamin kelancaran supply dan distribusi bahan pangan.

Kedua, melakukan operasi pasar komoditi lainnya serta operasi pasar beras. Ketiga, optimalisasi Rumah Pangan Kita untuk penyaluran distribusi sembako. Keempat, efektivitas Kios Segoro Amarto, Segoro Amarto Mobile, Toko Tani Indonesia dan Toko Tani Centre dalam distribusi bahan pangan.

Dengan demikian, harap Budi, stabilisasi harga di daerah dapat terus terjaga, dan sasaran inflasi 2018 sebesar 3,5%±1% (yoy) dapat tercapai. (Ed-02)

Pos terkait