Ilustrasi (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Batalnya Jogja Independent (Joint) mengusung pasangan Garin Nugroho – Rommy Haryanto (Garin-Rmmy) dalam bursa Pilkada Kota Yogyakarta menjadi pembelajaran politik yang berharga, tidak hanya bagi para pegiat joint tapi juga masyarakat.
Pengamat Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII), Anang Zubaidy menilai, di satu sisi, kemunculan calon independen sangat positif untuk menggugah kesadaran parpol agar berbenah.
“Calon independen diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat yang sudah “bosan” melihat tingkah laku elit parpol. Namun, syaratnya, si calon yang diusung harus benar-benar sesuai dengan harapan masyarakat,” kata Anang kepada kabarkota.com, Jumat (22/7/2016)
kemunculan Joint, menurutnya, harus serius dalam melawan dominasi parpol. Sebab bagaimanapun mindset masyarakat sudah terbentuk bahwa pemilu aalah ajang kompetisi parpol, bukan individu.
“Maka, mau tidak mau, calon independen yang diusung itu setidaknya salah satu dari mereka harus punya popularitas yang baik serta nyata kiprahnya di masyarakat,” imbuhnya.
Dengan mundurnya Joint, lanjut Anang, “bagaimana pertanggungjawaban Joint kepada masyarakat yang sudah terlanjur memberikan dukungan?”
Pihaknya menduga, sebagian besar dari mereka tidak akan menggunakan hak pilihnya sehingga angka golput justru akan meningkat pada Pilkada di Kota Yogyakarta 2017 mendatang.
Sementara ditemui terpisah, pegiat Joint, Herman Dodi, sebelumnya berpendapat bahwa yang terjadi di masyarakat dalam konteks politik saat ini adalah silent majority passive dan minority active pragmatis.
“Masyarakat yang besar itu tidak mau peduli, tapi yang minoritas itu pragmatis. Artinya, mereka melakukan proses dukungan politik melalui transaksional,” anggapnya.
Dengan kondisi masyarakat seperti itu, kata Dodi, memerlukan biaya yang tidak kecil dalam proses Pemilu, termasuk Pilkada. Meskipun para calegnya sudah mengeluh, tapi parpol terkesan sengaja membiarkan proses itu berjalan sampai sekarang.
“Maka gaya independent seperti joint ini kurang mendapat respon dari masyarakat karena benar-benar idealis, bekerja dengan relawan tanpa bayaran, tanpa transaksi-transaksi secara pragmatis,” akunya.
Meski begitu, Dodi mengklaim, joint telah menginspirasi banyak pihak dalam kaitannya proses edukasi politik di masyarakat. (Rep-03/Ed-03)