Ilustrasi (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Kenaikan harga-harga bahan pokok di bulan Ramadhan 1443 H ini membuat masyarakat di Yogyakarta mengelus dada karena mereka merasakan dampak yang cukup berat atas kondisi tersebut.
Salah warga Yogyakarta, Kurniatul Hidayah mengaku, kenaikan harga-harga kebutuhan pokok yang hampir bersamaan telah membebani secara psikologis karena selain sebagai ibu rumah tangga, ia juga seorang seorang pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
“Sebenarnya dampaknya ke mental. Saya menjadi gregeten, kenapa semua harga-harga kebutuhan pokok, seperti minyak, gas, gula, dan telur naiknya hampir bersamaan? Astaghfirullahaladzim..,” kata Aya, kepada kabarkota.com, Selasa (5/4/2022).
Aya mengungkapkan, jika selama ini, ia berbelanja mingguan atau bulanan sekaligus dalam jumlah yang banyak, dengan adanya kenaikan harga-harga tersebut, maka harus lebih berhemat, dengan membeli barang-barang yang benar-benar sesuai kebutuhan. Terlebh, menjelang Hari Raya Idul Fitri, kebutuhan semakin banyak.
Selain itu, sebagai pelaku UMKM, Aya juga harus berpikir keras agar usahanya tetap berjalan dan mendapatkan keuntungan, meskipun harga-harga bahan bakunya mengalami kenaikan.
“Saya sebagai pelaku umkm brownies juga tidak menaikkan ataupun mengurangi porsi dagangan. Hanya saja keuntungannya menjadi lebih sedikit,” ucapnya.
Lebih lanjut Aya berharap agar pemerintah benar-benar hadir dalam berpihak dan membantu masyarakat.
“Pemerintah harus punya empati susahnya rakyat hidup di masa pandemi. Ekonomi baru berupaya bangkit, sudah dihajar dengan kebaikan harga-harga, dan pajak,” sesalnya.
Sementara, kata dia, pendapatan gaji UMR tidak mengalami kenaikan yang signifikan sehingga tidak seimbang antara pemasukan dengan pengeluaran.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Ibu Rumah Tangga lainnya, Sri Pamularsih mengaku cukup kesulitan untuk berbelanja kebutuhan pokok terutama minyak goreng yang harganya sudah naik sejak sebelum ramadhan.
“Sebenarnya saya juga pusing, karena sekarang uang Rp 50 ribu hanya dapat minyak goreng 2 liter. Padahal dulu 2 liter harganya hanya sekitar Rp 30 ribu. Belum lagi mikir jajannya anak-anak,” kata Sri.
Ditambah lagi, lanjut Sri, harga BBM Pertamax juga mengalami kenaikan. Sedangkan penghasilan setiap bulannya sangat terbatas. Oleh karena itu, pihaknya berharap agar pemerintah memberikan solusi atas permasalahan tersebut. Mengingat, banyak masyarakat dengan penghasilan kecil, tidak mencukupi untuk membeli kebutuhan bahan pokoknya sehari-hari.
“Pemerintah harus memikirkan rakyat,” pintanya.
Pemerintah akan Gulirkan BLT Minyak Goreng
Sementara itu, pemerintah pusat melalui Presiden RI, Joko Widodo menyatakan, pemerintah akan segera menggulirkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Minyak Goreng bagi 20, 5 juta keluarga, dan 2.5 juta PKL yang berjualan gorengan.
“(BLT Minyak Goreng ini) untuk meringankan beban masyarakat karena naiknya harga minyak,” kata Presiden dalam unggahannya di akun instagram @jokowi, pada 2 April 2022.
Pengamat: BLT Minyak Goreng, Kebijakan yang Terlambat
Pengamat Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ahmad Ma’ruf berpandangan bahwa rencana pemerintah untuk memberikan BLT Minyak Goreng kepada masyarakat miskin sebenarnya merupakan kebijakan yang tepat sebagai senjata pamungkas untuk mendongkrak daya beli masyarakat kurang mampu. Hanya saja, untuk saat ini kebijakan tersebut bisa dikatakan sudah terlambat.
“Kebijakan BLT ini Seharusnya diambil sejak tahun 2021 karena kenaikan harga minyak itu dimulai pada tahun itu,” sebut Ma’ruf.
Ma’ruf juga menganggap bahwa kebijakan dengan sistem subsidi seperti ini memberikan implikasi yang serius terutama pada hutang negara, karena akan mengalami kenaikan. Sebab untuk pemberian subsidi dan menstabilkan harga itu membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Padahal, kondisi APBN defisit sehingga salah satu jalannya dengan menambah hutang negara. (Rep-01)