Suasana di Teras Malioboro 2, pada 5 Februari 2022 (dok. kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Cuaca tampak mendung dan rintik-rintik hujan membasahi Kawasan Malioboro, pada Sabtu (5/2/2022) siang itu. Namun, suasana tersebut tak menyurutkan antusias wisatawan untuk berkunjung di Teras Malioboro 2, salah satu lokasi baru bagi sekitar 1.000 Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sebelumnya berjualan di sepanjang Jalan Malioboro Yogyakarta.
Terlihat beberapa wisatawan berfoto-foto di depan lorong masuk Teras Malioboro di sisi Utara. Ketika menelusuri sepanjang lorong dari sisi Barat hingga ke ujung Timur yang tembus Jalan Mataram, los yang telah dikaveling mulai ditempati oleh para pedagang.
Pagi itu, para PKL terlihat sibuk menata aneka dagangan mereka, sembari sesekali melayani pengunjung yang mampir ke lapak-lapak mereka.
Alex, salah satu PKL yang baru dua hari mulai berjualan di Teras Malioboro 2 mengaku, omzetnya cukup lumayan di hari pertama ia berjualan pakaian, dari sore hingga tengah malam. Ia mendapatkan los di bagian depan.
“Kemarin masuk (omzet) Rp 800 ribu,” ungkap Alex saat ditemui wartawan di lapaknya.
Pria yang sudah berjualan di Kawasan Malioboro sejak tahun 1990-an ini menilai, fasilitas relokasi yang diberikan cukup bagus. Hanya saja, ketika turun hujan deras seperti pada Rabu(3/2/2022) siang, sebagian atap bocor, dan lantai yang terbuat dari conblok sempat tergenang air.
Cerita berbeda datang dari Tigor, PKL yang mendapatkan los di sisi tengah. Menurutnya, hari pertama berjualan, meskipun pengunjung sudah mulai berdatangan, namun daya belinya masih tendah.
“Kemarin omzet saya tergolong masih kecil,” ungkap Tigor yang sejak dua tahun terakhir melanjutkan usaha keluarganya berjualan di Kawasan Malioboro.
Ia memakai lapaknya untuk berjualan kaos-kaos dengan kisaran harga Rp 35 ribu – Rp 40 ribu per potong.
Sementara dari sisi fasilitas, Tigor justru berterima-kasih kepada pemerintah yang telah memberikan fasilitas tempat relokasi di Teras Malioboro 2. Namun demikian ia berharap, nantinya para PKL di sana juga akan mendapatkan fasilitas tempat yang lebih layak, seperti halnya PKL yang sekarang menempati Teras Malioboro 1.
Harapan serupa juga disampaikan Suryani yang menilai fasilitas yang diberikan bagi PKL di Teras Malioboro 1 lebih bagus dan lengkap jika dibandingkan di Teras Malioboro 2.
“Harapannya, kami diberi tempat yang layak, kalau bisa yang permanen seperti di Teras Malioboro 1. Ini belum layak karena kalau hujan atapnya pada bocor, dan bawahnya kebanjiran,” ucap Suryani.
Menanggapi keluhan para PKL yang lapaknya terkena air hujan, Sekda DIY berdalih, Pemda sebenarnya telah melakukan mitigasi melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Hanya saja, hujan deras disertai angin kencang yang terjadi pada 3 Februari lalu termasuk di luar dugaan sehingga mengakibatkan lapak-lapak PKL termasuk di Teras Malioboro 1 sebagian basah terkena air hujan.
“Nanti kami perbaiki,” tegas Aji, 4 Februari 2022. Terlebih, Pemda melalui Diskop UKM memiliki dana untuk membantu mengatasi persoalan tersebut.
Respon Wisatawan Luar Daerah pasca Relokasi PKL
“Gaung” pemindahan PKL ke Teras Malioboro sampai ke luar daerah hingga para wisatawan dari luar kota yang berkunjung ke Yogyakarta langsung tahu dan menuju ke lokasi baru para PKL berjualan.
“Alhamdulillah daripada kemarin di pinggir-pinggir toko. Kalau di sini lebih aman, dan bersih,” kata Icha, wisatawan dari Madura yang mengaku penasaran dengan kebaradaan Teras Malioboro.
Sementara wisatawan dari luar kota lainnya, Dinda juga menilai, sekarang lokasi berjualan PKL terlihat lebih rapi dan bersih.
“Saya tahu tempat baru ini awalnya dari medsos,” ucap wisatawan dari Jakarta ini.
Pengelolaan Teras Malioboro
Pemerintah Daerah (Pemda) DIY, dan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menyiapkan dua lokasi untuk pemindahan 1.828 PKL yang berjualan di sepanjang emperan toko Malioboro.
Lokasi pertama di gedung eks Bioskop Indra yang dibangun permanen menyerupai mal, dan terletak di Malioboro sisi selatan. Bangunan yang terdiri tiga lantai ini menampung sekitar 800 PKL yang dibagi berdasarkan pengundian lapak untuk masing-masing kelompok atau paguyuban pedagang. Kepala Dinas Koperasi dan UKM (Diskop UKM) DIY, Srie Nurkyatsiwi menjelaskan bahwa selain para pedagang mendapatkan fasilitas gerobak gratis, mereka mereka juga mendapatkan fasilitas pendukung seperti saluran listrik, dan air, serta dibebaskan dari retribusi selama satu tahun anggaran.
Lokasi kedua, Teras Malioboro 2 yang menempati lahan bekas Gedung Dinas Pariwisata DIY, di sisi Utara Malioboro. Berbeda dengan di gedung eks Bioskop, lokasi ini sifatnya shelter sementara sembari Pemda membangun gedung baru untuk memindahkan mereka, dalam 2-3 tahun mendatang. Di Teras Malioboro 2 ini, para pedagang hanya difasilitasi los yang telah dikaveling untuk berjualan. Di tempat yang semi permanen ini, para PKL juga harus menyiapkan gerobak dan peralatan pendukungnya sendiri. Sementara pemerintah, selain menyediakan tempat, juga melengkapi dengan fasilitas umum, seperti toilet dan mushala. Para PKL juga mendapatkan pembebasan retribusi selama satu tahun anggaran.
Untuk pengelolaan, Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Adji menyampaikan bahwa Teras Malioboro 1 menjadi ranahnya Pemda DIY, melalui Balai Layanan Bisnis (BLB) Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di bawah Diskop UKM DIY. Sedangkan Teras Malioboro 2 menjadi haknya Pemkot untuk mengelola, melalui Unit Pengelola Teknis Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (UPT PKCB) di bawah Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. (Rep-01)