Kisah Ibu Hamil Positif Covid-19 di Yogya “Survive” Lewati Masa Sulit di RS

Ilustrasi (dok. pexels)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Aya, salah seorang warga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tak pernah membayangkan, selama hamil hingga proses melahirkan buah hati di masa pandemi Covid-19 menjadi pengalaman yang justru menyisakan trauma.

Bacaan Lainnya

Perempuan 32 tahun ini mengaku sangat khawatir ketika merasakan gejala kehamilan di akhir Januari 2021 lalu.

“Saya masih mencoba menenangkan diri, dan menganggap bahwa yang saya alami bukan kehamilan tetapi hanya terlambat datang bulan, sampai akhirnya saya berani melakukan tes kehamilan pada bulan Februari,” ungkap Aya kepada kabarkota.com, Jumat (26/11/2021).

Ia bahkan sempat marah kepada suaminya, karena merasa bahwa kehamilan kali ini menjadi kehamilan tak diinginkan. Mengingat, situasi pandemi  sangat rentan bagi ibu hamil. Persoalan ekonomi keluarga yang sulit juga menjadi alasan selanjutnya. Aya dan suaminya yang sama-sama pekerja sangat merasakan dampak dari bencana non alam tersebut, dengan menurunnya penghasilan bulanan mereka.

“Tapi, seminggu setelah tahu (hamil), akhirnya saya bisa menerima. Kami emnganggap bahwa itu rezeki dari Allah, dan pasti ada rencana baik yang disiapkan oleh Allah,” ucapnya kemudian.

Hari-hari Aya menjalani kehamilan terasa berat karena berbagai kecemasan yang menghantuinya. Terlebih, memasuki kehamilan 7 bulan, dirinya mengalami kecelakaan jatuh dari motor hingga tulang belakangnya cidera dan tak bisa berjalan selama beberapa waktu.

“Setelah kejadian itu (kecelakaan), kondisi kesehatan saya sangat menurun,” sambung Aya.

Kondisi kesehatan yang sudah menurun itu semakin parah ketika Aya dan suaminya dinyatakan terkonfirmasi Covid-19 pada akhir Juli, bersamaan dengan “meledaknya” kasus Covid-19 di DIY ketika itu. Ia dan suaminya melakukan isolasi di Shelter wilayah Bantul.

Namun karena Aya mengalami sesak nafas, ia kemudian dilarikan ke salah satu Rumah Sakit (RS) Rujukan Covid-19 di Kota Yogyakarta. Keputusan sangat berat pun ia ambil, saat dokter menyampaikan bahwa janinnya terpaksa harus dilahirkan prematur untuk mencegah resiko perburukan pada dirinya maupun buah hatinya. Awalnya ia menolak untuk melahirkan bayinya secara prematur, namun karena alasan untuk keselamatan, maka akhirnya bersedia mengikuti saran dokter tersebut.

Aya menjalani masa-masa sulit dan berat selama di RS tanpa pendampingan keluarga, karena dirinya masih terkonfirmasi positif Covid-19, begitu juga dengan suaminya yang menjalani masa isolasi di shelter.

“Saya berada di ruang ICU dan ruang pemulihan selama 22 hari,” kenangya. Buah hatinya juga menjalani perawatan di ruang PICU karena berat badannya masih terlalu kecil dan kondisinya belum stabil sehingga perlu pemantauan untuk perkembangan fisiknya. Mengingat, bayi prematur dilahirkan sebelum waktunya.

Kondisi Aya Membaik, Anak masih Terapi

Setelah melewati masa-masa sulit dan berat hingga sempat hampir putus asa, Aya merasa dirinya lebih baik sepulang dari RS. Meskipun, kondisinya belum benar-benar pulih dan kadang masih mengalami sesak nafas saat kelelahan.

“Saat di RS, 2 hari sekali, ada fisioterapis yang datang. Saya diajari bernafas panjang, duduk miring, cara batuk yang benar, dan ditepuk-tepuk dada serta punggung supaya nafas lega. Saya juga disarankan agar tidak melakukan pekerjaan berat, karena bisa mengalami sesak nafas tiba-tiba,” jelasnya.

Sekarang, ungkap Aya, dirinya melakukan pemulihan fisik dengan mengkonsumsi vitamin CDEZ, olah raga ringan, serta berjemur.

“Kalau Secara psikis, saya lebih sering bertemu orang. Sebab pada awal sembuh, saya mengalami semacam paranoid nika bertemu dengan orang. Jika ada orang asing masuk lingkungan rumah , saya merasa takut, tapi lama-lama terbiasa,” imbuhnya.

Sementara bayinya, hingga kini masih dalam pemantauan dokter spesialis, dan menjalani terapi rutin untuk mengetahui perkembangan fisiknya. Terutama pada indera penglihatannya.

Pasien Ibu Hamil dan Melahirkan di RS Meningkat saat Pandemi

Kondisi kehamilan dengan kasus positif Covid-19 tidak hanya dialami oleh Aya. Di Rumah Sakit Akademik Universitas Islam Indonesia (RSA UII) Yogyakarta, juga ada sejumlah pasien ibu hamil yang terkonfirmasi Covid-19.

Direktur Utama (Dirut) RSA UII Yogyakarta, Widodo Wirawan menyebutkan, sedikitnya ada enam pasien ibu hamil terkonfirmasi Covid-19 yang menjadi pasien di RSA UII.

Widodo juga menyampaikan bahwa selama pandemi Covid-19, jumlah pasien ibu hamil dan melahirkan di RSA UII meningkat sekitar 7 persen dibandingkan tahun 2020 lalu.

“Pada tahun 2020 lalu, jumlahnya sekitar 1.050 ibu,” tuturnya.

Menurutnya, kehamilan di saat pandemi Covid-19 sangat rentan, dan beresiko besar sehingga para ibu hamil harus benar-benar disiplin dan menjaga diri.

“Ibu hamil bisa mengalami gangguan pernapasan, jika Covidnya bergejala, dan memang janin bisa dilahirkan prematur, jika kondisinya sudah demikian,” paparnya.

Pihaknya mengakui bahwa hal tersebut memang dilematis, namun menjadi langkah yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan ibu ataupun bayinya.

Lebih lanjut Widodomenyarankan agar para ibu hamil dan pasca melahirkan agar kesehatannya tetap terjaga selama pandemi, maka perlu banyak mengkonsumsi makanan yang tinggi protein, seperti daging, telur, tahu, dan tempe, serta makanan kaya zat besi dari daging, sayuran, asam folat, dan vitamin dari dokter.

“Sebisa mungkin jangan sampai terkena Covid-19, disiplin 3M, dan vaksin lengkap,” imbaunya.

SUTRIYATI

Pos terkait