Aburizal Bakrie (kiri) dan Agung Laksono. (Sumber foto: viva.co.id)
SLEMAN (kabarkota.com) – Pengamat politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Erwan Agus Purwanto mengungkap seharusnya konflik yang terjadi dalam internal partai Golkar tidak boleh ada unsur eksternal yang mencampuri. Menurut Erwan, kehadiran unsur eksternal akan membuat masalah semakin kompleks.
"Di setiap organisasi pasti ada kesepakatan mekanisme pergantian kepemimpinan," kata Erwan melalui telepon seluler, Kamis (27/11). (Baca: Ini Alasan Munas IX Partai Golkar Dimajukan)
Belum lama ini, pengurus DPP Golkar sedang menghadapi polemik internal. Munculnya presidium penyelamat partai yang diketuai Agung Laksono tersebut memecat Aburizal Bakrie dari Ketua Umum.
Erwan menjelaskan jika kesepakatan pergantian kepeminpinan tidak dipatuhi akan selalu terjadi deadlock. Sementara, posisi Golkar saat ini berada di dua kubu secara tidak langsung, Jusuf Kalla di pemerintahan dan di Koalisi Merah Putih (KMP) menjadi salah satu inisiator. (Baca: Dituduh Intervensi Golkar, Ini Penjelasan JK)
Di sisi lain, beberapa kali pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar berujung perpecahan menjadi partai baru. Partai Gerindra, PKPI, dan NasDem menjadi sekian partai pecahan dari kader Golkar. "Jika mekanisme dipenuhi, sebetulnya tak perlu ada kekhawatiran akan terjadi perpecahan internal," ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, ini.
Pihaknya menyarankan, dinamika di internal partai mestinya harus selalu dijaga. Ia menegaskan, ketidakterlibatan unsur eksternal sangat penting karena arah koalisi partai merupakan keputusan partai itu sendiri.
Sebelumnya, Aburizal Bakrie pada Rapimnas di Yogyakarta pada 18 November lalu, mengungkapkan kekhawatirannya di hadapan kader dan peserta. "Jangan sampai nanti Golkar kembali pecah menjadi partai baru," kata dia.
AHMAD MUSTAQIM