Ilustrasi (viva.co.id)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Penanggulangan sampah masih menjadi masalah nasional. Tak terkecuali di Kota Yogyakarta.
Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Jawa Sugeng Priyanto mengatakan, buruknya penanganan sampah menjadi salah satu penyebab Kota Yogyakarta gagal meraih penghargaan Adipura dua tahun belakangan. Padahal, sebelumnya Kota Yogyakarta sudah meraih penghargaan lingkungan itu tujuh kali.
“Selain sampah, banyak nilai yang jeblok itu di perairan,” kata dia dalam workshop persiapan pantau Adipura di lingkungan kantor Walikota Yogyakarta, baru-baru ini.
Sugeng menegaskan, jika Kota Yogyakarta ingin kembali meraih penghargaan bergengsi tersebut, persoalan sampah harus diselesaikan dengan serius.
“Tidak bisa lagi kalau mau penilaian baru bersih-bersih. Itu banyak kami temukan di lapangan. Sekarang harus berkelanjutan,” ujarnya.
Sementara menurut Jito, Kepala Sub Bidang Pengembangan Kapasitas Badan Lingkungan Hidup DIY, Berdasarkan rekapitulasi hasil capaian pantau Adipura Kota Yogyakarta tahun 2015, masih banyak wilayah yang mendapat nilai sedang (61-70). Salah satunya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan.
Sedangkan untuk memperoleh penghargaan Adipura, minimal nilai yang harus diperoleh yaitu 72. Tahun 2015 kota Yogyakarta hanya mengumpulkan nilai rata-rata 71.
Beberapa wilayah bahkan mendapat nilai buruk (kurang dari 60), yaitu Pasar Serangan, Jl. Mangkubumi, Jl. Dr. Sutomo, Jl. Bausasran, Jl. Bintaran, dan Jl. Taman Siswa.
“Rata-rata yang paling memperihatinkan di Kota Yogya itu memang persoalan sampah,” kata Jito. (Ed-03)
Kontributor: Januardi