Olin menunjukkan hasil eco-print dengan menggunakan kulit bawang merah (dok. kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Kulit bawang merupakan bagian limbah rumah tangga yang selama ini belum banyak dimanfaatkan, apalagi di dunia fashion.
Namun di tangan Kharolin Hilda Amazona, Perempuan asal Padukuhan Wonorejo, Kalurahan Sariharjo, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY, kupasan kulit bawang bisa menjadi karya seni indah yang dituangkan di atas kain katun.
Olin memanfaatkan kulit bawang merah sebagai pewarna alami untuk produksi sustainable fashion yang ia namai “Gitarja Bhumi”.
“Jadi produk-produk ini kami buat menjadi batik, eco-print, dan juga baju-baju dengan pewarna alam,” jelas Olin kepada wartawan, saat ditemui di kediamannya, baru-baru ini.
Ide Muncul saat Pandemi Covid-19
Ide mengembangkan sustaibable fashion yang melibatkan sejumlah perempuan desa dari sekitar lima padukuhan ini berawal dari pandemi Covid-19. Olin menceritakan bahwa ibunya yang sehari-hari berjualan sembako di pasar tradisional sangat merasakan dampak dari pandemi tersebut.
“Sekitar 80 persen pendapatan dari usaha ibu kami berkurang sehingga beliau memutuskan berhenti, setelah 20 tahun berjualan,” sesalnya.
Kondisi tersebut mendorong Olin untuk melakukan sesuatu, demi membantu orang tua dan para perempuan di sekitarnya yang juga terdampak pandemi Covid-19. Ia bereksperimen dengan mendaur ulang limbah sayuran dan dedaunan yang ada di pekarangan rumahnya untuk dijadikan pewarna alami pada kain.
Setelah berkali-kali trial and error, akhirnya pada 17 Juni 2022 lalu, Olin memulai usaha bidang sustainable fashion dengan memberdayakan sejumlah perempuan dari lima padukuhan di Sariharjo.
“Onion skin ini kami dapat dari teman-temannya ibu yang jualan di pasar, dan tetangga yang tidak memanfaatkannya,” sebut perempuan lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Selanjutnya, proses pewarnaan alami (eco-print) ia lakukan, melalui proses yang cukup panjang hingga membutuhkan waktu 3-4 hari. Pertama, kain katun polos dibersihkan dan diberi bahan tertentu supaya nantinya kulit bawang menempel dan membekas di kain. Kedua, setelah kain siap diwarnai, kemudian kulit bawang ditaburkan di atas kain tersebut, lalu digulung dan diikat dengan tali. Ketiga, kain yang telah digulung tersebut dimasukkan ke dalam ‘soblok’ yang airnya telah mendidih. Keempat, setelah satu jam dipanaskan, kain dikeluarkan kemudian diurai kembali.
“Untuk eco-print, bahannya tinggal ditaruh di atas kainnya kemudian diproses, nanti akan mengeluarkan warna-warni alaminya,” tuturnya.
Proses selanjutnya, kain yang telah bermotif itu kemudian dikering namun tidak langsung di bawah terik matahari. Setelah itu, kain dibersihkan dengan tawas/tanjung agar warnanya tidak luntur saat dicuci.
Olin bersama sejumlah tenaga kerjanya kemudian memanfaatkan kain hasil eco-print tersebut untuk membuat beragam jenis pakaian dan aksesoris, dengan nilai jual mulai Rp 10 ribu hingga Rp 1.1 juta rupiah, yang rata-rata ia pasarkan secara online.
Orang Tua sempat Ragu
Usaha yang dikerjakan Olin bukan tanpa tantangan, selain berkali-kali trial and error, orang tua Olin, Musiati juga sempat meragukan aktivitas putrinya yang mendaur-ulang limbah rumah tangga.
“Tadinya saya tidak tahu kalau daun bawang bisa untuk batik,” ungkapnya.
Namun setelah melihat karya fashion yang dihasilkan Olin, bahkan mendapatkan sejumlah penghargaan, Musiati mengaku bangga dengan pencapaian putrinya tersebut.
“Saya senang. Alhamdulillah, semoga ke depannya ini baik untuk masa depan dia,” ucap Musiati.
Berkat usaha yang pantang menyerah, Olin memang berhasil meraih penghargaan baik dari UGM maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman. Antara lain: juwara 1 dalam Kompetisi Awarding SOPREMA UGM 2022 kategori Kick off, pada 24 Oktober 2022; dan menyabet juara 2 Pemuda Pelopor Kabupaten Sleman 2022, kategori Agama, Sosial, Budaya yang diserahkan pada 28 Oktober 2022 lalu.
Pemkab Sleman Dorong Pengembangan UMKM di kalangan Pemuda
Di lain pihak, Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Sleman, Aris Herbandang berpendapat bahwa pemuda merupakan aset bagi Kabupaten Sleman yang memiliki semangat melakukan perubahan dan pembaharuan.
Oleh karena itu, pihaknya memberikan apresiasi kepada para pemuda yang telah memberikan kontribusi, seperti hanya yang telah dilakukan Olin.
Pemkab Sleman juga berkomitmen akan mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kalangan pemuda, melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
“Kami akan mendorong pengembangan UMKM di kalangan pemuda agar produknya bisa eksis dan siap berkompetisi di pasar,” katanya. (Rep-01)