Mahasiswa UGM olah Limbah Sabut Kelapa Menjadi Coco Fiber

Ilustrasi (flickr.com)

SLEMAN (kabarkota.com) – Lima mahasiswa UGM berhasil mengolah limbah sabut kelapa yang melimpah di Dusun Gunung Kukusan, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY menjadi coco fiber yang dinamai O Coco.

Bacaan Lainnya

O Coco ini merupakan bahan pengisi bantal dan guling yang dikembangkan oleh mahasiswa Fakultas Teknik UGM, Yofrizal Alfi, Fikri Muhammad , Yulisyah Putri Daulay , Putu Sri Ronita Dewi, dan Verna Ardhi Hafsari sebagai bimbingan teknologi kepada warga di wilayah tersebut. Program pendampingan ini juga berhasil mendapatkan dana hibah dari Dirjen Dikti serta dipresentasikan dalam International Conference on Community Service pada 8-10 April 2016 lalu.

Salah satu mahasiswa, Fikri Muhammad menyebutkan, di dusun Gunung Kukusan terdapat 160 kepala keluarga. Rata-rata setiap kepala keluarga memiliki sekitar 14-40 pohon kelapa. Berlimpahnya pohon kelapa ini menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian utama warga setempat.

“Sabut kelapa di Gunung Kukusan sangat berlimpah, tapi produk sisa penjualan buah kelapa ini hanya ditumpuk dan menjadi sampah. Belum ada yang memanfaatkannya lebih lanjut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis,” kata Fikri, seperti dilansir laman UGM, baru-baru ini.

Menurutnya, untuk mendapatkan serabut kelapa yang baik perlu proses perendaman sabut kelapa selama tiga hari. Selanjutnya, dilakukan pemisahan serabut kelapa dengan serbuk halus sabut kelapa saat proses penghancuran sabut kelapa. Setelah diperoleh coco fiber lalu diberikan tambahan aroma terapi seperti kayu manis dan cengkeh kemudian dikeringkan .

“Setelah limbah sabut kelapa diolah menjadi bantal atau guling dari coco fiber bisa memiliki nilai ekonomis. Satu bantal mereka jual mulai Rp30 ribu – Rp40 ribu sesuai dengan desain dan ukuran,” ucapnya.

Sementara untuk pemasaran produk ini, pemasaran dilakukan melalui media sosial dan mengikuti berbagai pameran/expo. (Rep-03/Ed-03)

Pos terkait