Mencari Calon Pemimpin Ideal untuk Indonesia

Ilustrasi (dok. kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2024 memang masih satu tahun lagi. Tapi, pembahasan tentang siapa sosok calon pemimpin Indonesia ke depan, sudah ramai diperbincangkan publik.

Bacaan Lainnya

Berbagai lembaga survei telah merilis nama-nama bakal calon pemimpin yang digadang-gadang masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang, seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Agus Harimurti Yudhoyono, Ridwan Kamil, Puan Maharani, serta beberapa nama tokoh lainnya.

Bahkan, baru-baru ini, Partai Politik (Parpol) Nasional Demokrat (Nasdem) telah mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai Bakal Calon Presiden 2024. Tak hanya Parpol besutan Surya Paloh, tapi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat (PD) sejauh ini juga menyatakan dukungan yang sama.

Lalu, bagaimana dengan respon masyarakat atas munculnya wacana tersebut? Seperti apakah kriteria pemimpin yang ideal bagi mereka?

Salah satu mahasiswa di Yogyakarta, Uswatun berpendapat bahwa munculnya nama mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sebagai bakal calon presiden 2024, kemungkinan bisa membawa kemajuan bagi dunia pendidikan, karena sebelumnya dia sudah memahami problematikanya.

“Tapi bagi saya, siapapun pemimpinnya nanti, tidak masalah. Asalkan dia tegas dalam membuat keputusan,” kata Uswatun kepada kabarkota.com, Kamis (16/2/2023).

Selain itu, lanjut dia, sosok pemimpin yang ideal harus jujur, transparan, dapat melaksanakan visi dan misinya dengan penuh tanggung-jawab, serta tegas dalam penegakan hukum.

Sementara dalam pandangan tokoh agama, Uztadz Jazir ASP, sosok pemimpin yang baik adalah pemimpin yang taat konstitusi (UUD).

Sebab, kata Ustadz Jazir, Negara ini berpegang pada UUD 1945 yang sudah disepakati bersama. Meskipun telah diamandemen beberapa kali, tapi dalam amandemen itu tidak menghilangkan pasal 33 yang salah satu ayatnya berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar­besar kemakmuran rakyat.”

“Jangan pernah berharap kepada manusia. Kita berharap hanya kepada Allah SWT, semoga memilihkan pemimpin yang baik, taat, dan benar-benar melaksanakan konstitusi, karena konstitusi disusun oleh para pendiri negara untuk melindungi rakyatnya,” ucapnya.

Sebagai tokoh agama, Ustadz Jazir juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan mengarahkan jamaahnya untuk memilih nama tertentu.

” Saya sama sekali tidak mempunyai kepentingan untuk merekomendasikan A, B atau C sebagai presiden terbaik, karena manusia itu bisa berubah,” sambungnya.

Menyinggung sosok Anies, Pengurus Masjid Jogokariyan Yogyakarta ini menilai, meskipun sebagai pribadi bagus, tapi untuk menjadi seorang calon presiden, masih perlu mengetahui bagaimana konsep dia ke depan, dan juga ketaatannya pada konstitusi.

Di lain pihak, Pengamat Politik Peneliti Sosial dan Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro mengatakan bahwa setiap pemimpin ada eranya dan setiap era ada pemimpinnya. Untuk saat ini, yang diharapkan adalah pembaharu, yakni pemimpin yang transformatif, kompetitif.

“Pemimpin yang benar-benar pemimpin, bukan penguasa,” tegas Zuhro.

Sebab menurutnya, selama ini, Pemilu hanya menghasilkan penguasa, bukan pemimpin dalam arti yang sebenarnya atau negarawan. Pemimpin yang berpikir untuk kemajuan negara dan bangsa dan harus mampu menjalankan amanah yang dipayungi konstitusi.

“Itu yang harus diciptakan melalui Pemilu 2024 mendatang. Bahwa siapapun yang menjadi pemimpin nantinya, dia diikat oleh konstitusi dan hukum sehingga tidak bisa sembarangan membuat kebijakan. apalagi yang merugikan rakyat,” tuturnya..

Oleh karena itu, jika ada pemimpin yang melanggar konstitusi, maka harus diperkarakan.

Terkait adanya Parpol yang sudah mendeklarasikan bakal calonnya, Zuhro menilai bahwa itu akan memberikan dampak positif dan negatif bagi Parpol maupun bakal calon yang bersangkutan. Misalnya, bisa mendongkrak elektabilitas parpol. Sedangkan bakal calon juga akan mengucapkan terima kasih karena merasa kemampuannya dihormati dan dihargai, dengan dijadikan calon oleh mereka.

“Tentu dalam perjalanannya, tidak boleh plin-plan. Dinamis boleh, tetapi tidak boleh plin-plan. Jadi dinamisnya terukur,” Zuhro menambahkan. (Rep-01)

Pos terkait