Menteri Desa : Indonesia Perlu Buka Lahan Pertanian Baru

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, Eko Putro Sandjojo dalam  Focus Group Discussion (FGD) di Eastparc Hotel (30/9/2016) (Anisatul Umah/kabarkota.com)

SLEMAN (Kabarkota.com) – Perkembangan penduduk di Jawa setiap tahun mencapai 2 juta jiwa, sedangkan penduduk yang bertransmigrasi hanya 300 ribu pertahun. Angka ini menunjukkan bahwa transmigrasi selama ini belum mampu mengurangi jumlah penduduk di Jawa.

Bacaan Lainnya

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo mengatakan sampai hari ini masih sangat banyak desa tertinggal, bahkan masih ada warga yang untuk mengambil air harus berjalan berkilo-kilo meter. Melihat kondisi ini, menurutnya, pembangunan daerah tertinggal harus segera dilakukan.

“Dalam visi nawa cita, presiden berkomitmen membangun daerah-daerah tertinggal,” ungkapnya dalam Focus Group Discussion (FGD)  transmigrasi membangkitkan industrialisasi pertanian dari pinggiran di Eastparc Hotel (30/9/2016).

Menurutnya untuk mempercepat pengentasan kemiskinan tidak bisa dilakukan dengan top down, karena nanti tidak bisa menyesuaikan kebutuhan di bagian bawah. Jumlah desa tahun ini 74.745 , dan tahun depan akan dimekarkan menjadi 74.954 desa untuk mempercepat pembangunan.

Selain pemekaran program satu desa satu produk pertanian juga akan digalakkan. Hal ini menurutnya perlu dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan alat pasca panen. Logikanya jika satu desa memiliki produk pertanian yang bermacam-macam, pengadaan sarana pasca panen tidak mungkin dilakukan karena jumlahnya yang sedikit, namun jika satu desa satu produk, hal tersebut mungkin untuk dilakukan.

“Desa-desa yang belum maju, saat pasca panen harga jatuh karena tidak ada sarana pasca panen. Sarana pasca panen tidak ada karena skala yang tidak cukup. Hasil panen tidak fokus, sedikit nanam jagung, sedikit beras, dan lain-lain,” jelasnya.

Pembuatan program satu desa satu produk akan lebih rumit daripada satu provinsi satu produk, namun hal ini akan memiliki dampak positif. Dampak dari pengambilan skala desa adalah untuk mengurangi gap antara pengusaha kecil dan besar, jika skala yang digunakan provisi, akan lebih sering melibatkan pengusaha besar.

“Gap antara yang kecil dan besar akan nampak sekali,” tuturnya.

Jumlah lahan pertanian semakin berkurang setiap tahun. Perkembangan penduduk yang tinggi, tambahnya, memaksa kita untuk segera membuka lahan pertanian baru. Indonesia membutuhkan banyak produk pangan, jika produk yang dihasilkan semakin berkurang maka Indonesia akan selalu menjadi negara pengimpor pangan.

“Kita harus berani mulai membuka lahan baru, karena kalau hanya menunggu sempurna saja, kita tidak akan jalan,” tandasnya. (Rep-04/Ed-01)

Pos terkait