Diskusi Ekspansi Spasial, dan Politik Tata Ruang di Magister Administrasi Publik (MAP) UGM (11/10/2016) (Anisatul Umah/kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Direktur Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Yogyakarta sekaligus ahli geologi, Eko Teguh Paripurno mengatakan di kawasan gumuk pasir memiliki tiga kapling. Kapling yang dimaksud adalah kawasan gumuk hidup, liar, dan mati.
Kapling gumuk hidup dan mati menurut ET sapaan akrab Eko Teguh Paripurno dapat dimanfaatkankan keberadaanya. Gumuk hidup perlu dijaga kelestariannya karena Gumuk pasir berharga keberadaannya sebagai warisan alam dan kebudayaan. Sedangkan gumuk mati, tambah ET, bisa dimanfaatkan warga untuk tinggal.
“Gumuk pasir sama pentingnya dengan Borobudur dan Prambanan,” ujar ET dalam diskusi Penggusuran, Ekspansi Spasial, dan Politik Tata Ruang di Magister Administrasi Publik (MAP) UGM (11/10/2016).
Menurut ET Parangkusumo sebelum menjadi gumuk pasir adalah lahan pertanian. Gumuk terbentuk secara masif, tambah ET, pasca erupsi Merapi.
“Grogol sampai Depok dulunya tanah biasa.Gumuk pasir barangkali adalah ruang baru,” jelasnya.
Konservasi gumuk pasir yang direncanakan pemerintah sekarang sudah dibackingi berbagai pihak yang berkepentingan. ET menjelaskan awalnya warga memiliki kesepakatan untuk menjaga kawasan gumuk dengan tinggal di area gumuk mari. Pemerintah, universitas, dan partai mulai masuk dan mulai memudarkan kesepakatan lama.
“Sejak tahun 2000, kesepakatan di antara warga memudar,” kata ET.
ET mempertanyakan keberadaan Laboratorium Geospasial yang dibangun oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), bekerjasama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemda Bantul, yang berada di atas gumuk. Menjadi ironi ketika kawasan gumuk yang akan dikonservasi malah ada bangunan di atasnya. Untuk memilih lokasi tinggal atau bangunan, menurut ET bisa dilakukan dengan melihat potensi-potensi alam.
“Pemetaan partisipatif melihat bagaimana potensi angin dan lain-lain di area gumuk pasir,” ungkapnya.
Ketua Aliansi Keutuhan Republik Indonesia dari Parangkusumo, Kawit yang juga hadir dalam diskusi mengatakan pihaknya akan tetap menolak penggusuran. Kawit beralasan jika digusur akan kehilangan ruang hidup yang dilindungi undang-undang.
“Kami berusaha membatalkan rencana ini bersama teman-teman yang peduli,” tutur Kawit.
Ketua Satpol PP Bantul, Hermawan Setiadji mengatakan pemerintah akan memberikan relokasi bagi warga Bantul dan memulangkan warga luar Bantul. Ia juga mengatakan akan melakukan pendekatan kepada warga.
“Untuk yang memiliki KTP Bantul kita akan sediakan rumah susun di Karangturi, Bantul, sedangkan yang memiliki KTP luar Bantul akan kita beri uang saku untuk dipulangkan,”ungkapnya pekan lalu. (Rep-04/Ed-01)