Siswa Madrasah Muallimin Yogyakarta menggalang dana untuk korban gempa Lombok, di sekitar perempatan Gondomanan Yogyakarta, Senin (6/8/2018). (sutriyati/kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Bencana alam gempa bumi dasyat yang melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (5/8/2028) malam, mengundang keprihatinan masyarakat. Termasuk, para pelajar dari Madrasah Muallimin di Yogyakarta.
Sebagai bentuk keprihatinan, sejumlah siswa tersebut, melakukan penggalangan dana kemanusiaan di sekitar perempatan Gondokusuman Yogyakarta, Senin (6/8/2018) siang.
Salah satu siswa Muallimin Yogyakarta, M. Haidar Al Rasyid mengatakan, aksi kali ini sekaligus sebagai bentuk solidaritas bagi teman mereka yang sebagian dari Lombok dan keluarganya juga menjadi korban gempa.
“Di asrama ada sekitar 20 persen teman kami yang dari sana (Lombok),” kata Rasyid kepada kabarkota.com, di sela-sela aksi yang dimitori oleh Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM) ini.
Menurutnya, selain di sekitar perempatan Gondokusuman, aksi penggalangan dana kali ini juga digelar di sejumlah titik kota Yogyakarta, mulai pukul 14.00 – 15.30 WIB. Diantaranya, di sekitar PGRI, Plengkung Gading, Pojok Beteng, Ngabean, dan Wirobrajan.
“Nantinya, dana yang terkumpul akan kami salurkan melalui LazisMu,” ucapnya lagi.
91 Korban Meninggal akibat Gempa di Lombok
Sementara dilansir dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga pukul 10.00 WIB, korban meninggal dunia bertambah dari sebelumnya 82 orang menjadi 91 orang.
Dari 91 orang meninggal dunia terdapat di Kabupaten Lombok Utara 72 orang, Kota Mataram 4 orang, Lombok Timur 2 orang, Lombok Tengah 2 orang, Lombok Barat 9 orang dan Bali 2 orang.
“Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh. Semua korban meninggal dunia adalah warga negara Indonesia. Belum adanya laporan wisatawan yang menjadi korban akibat gempa,” kata Kepala Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Senin (6/8/2018).
Pihaknya menyebutkan, selain puluhan korban meninggal, sebanyak 209 orang mengalami luka-luka, dan ribuan jiwa masyarakat mengungsi, serta ribuan rumah rusak. Diperkirakan jumlah korban dan kerusakan akibat dampak gempa akan terus bertambah, mengingat pendataan masih terus dilakukan oleh aparat.
Ditambahkan Sutopo, daerah Lombok Utara paling parah terdampak gempa karena berdekatan dengan pusat gempa. Kerusakan rumah dan bangunan terjadi luas. Rumah-rumah di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur yang sebelumnya hanya rusak ringan diguncang gempa 6,4 SR pada 29/7/2018 menjadi rusak berat dan roboh akibat guncangan gempa 7 SR.
Sementara berdasarkan laporan pertugas di Kabupaten Lombok Utara perkiraan kerusakan rumah di berbagai kecamatan seperti Kecamatan Bayan, Kecamatan Kayangan, Kecamatan Gangga, KecamatanTanjung dan Kecamatan Pemenang mencapai lebih dari 50 persen. Artinya banyak rumah yang rusak. Masih dilakukan pendataan.
Ribuan pengungsi tersebar di banyak tempat. Belum semua pengungsi memperoleh bantuan. Pengungsi masih berada di lapangan dan di halaman rumahnya sebagai pengungsi mandiri. Penanganan terkendala beberapa hal yaitu terbatasnya alat berat, luasnya daerah yang terdampak, listrik pada di Lombok Utara dan Lombok Timur, saluran komunikasi mati, rusaknya jembatan di tiga tempat yaitu jembatan Tampes, jembatan Lokok Tampes dan jembatan Luk yang menyebabkan aksesibilitas terganggu, terbatasnya ketersediaan logistic dan lainnya.
Upaya penanganan terus dilakukan. Masa tanggap darurat penanganan dampak gempa telah diperpanjang hingga 11/8/2018 baik di Provinsi NTB, Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur. Tambahan personil dan logistik juga terus dikirimkan.
BNPB, sebut Sutopo, juga telah mengirimkan 21 ton bantuan logistik dan peralatan melalui cargo. 2 helikopter BNPB diperbantukan untuk penanganan darurat. TNI memberangkatkan 3 pesawat Hercules C-130 untuk mengirim satgas kesehatan dengan membawa obat-obatan, logitik, tenda, dan alat komunikasi. KRI dr Suharso diberangkatkan dari Surabaya ke Lombok untuk dukungan kapal rumah sakit.
Basarnas mengirimkan personil, helikopter, kapal dan peralatan untuk menambah kekuatan operasi SAR. Polri mengirimkan personil, tenaga medis dsn obat-obatan dan 2 helikopter. Kementerian Pariwisata mengaktivasi Tim Crisis Center untuk memantau kondisi wisatawan. Kementerian Pu Pera menggerakkan alat berat, menambah air bersih dan sanitasi. Kementerian/Lembaga dan NGO mengirimkan personil dan bantuan.
“Kebutuhan mendesak saat ini adalah permakanan khususnya makanan siap saji, air mineral, air bersih, tenda, terpal, tikar, selimut, pakaian, makanan penambah gisi, layanan trauma healing, dapur umum, obat-obatan, pelayanan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya untuk pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi,” ungkapnya. (sutriyati)