Ilustrasi kereta gantung (sumber: ajnn.net)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menilai, moda transportasi kereta gantung, layak digagas sebagai alternatif alat transportasi, guna mengurangi penggunaan kendaraan di kota.
Meski begitu, Kepala Dinas Perhubungan Pemkot Yogyakarta, Hario Yudo Kota Yogyakarta menganggap, kebijakan tersebut harus menyesuaikan kondisi topografi daerah, budaya, serta keterjangkauan besarnya biaya investasi yang dibutuhkan.
“Prinsipnya kami membutuhkan moda transportasi publik yang bisa mengurangi beban jalan raya,” kata Hario saat workshop moda tranportasi kereta gantung sebagai solusi transportasi moderen di perkotaan yang berlangsung, di KPTU Fakultas Teknik UGM, Selasa (21/10).
Sebab, lanjut dia, kota Yogyaklarta sudah tidak memungkinkan untuk menambah atau mempelebar badan jalan. “Saya kira ini altenatif yang perlu dipertimbankan selain monorel,” ujarnya seperti dikutip laman ugm.ac.id.
Lebih lanjut pihaknya juga menjelaskan bahwa usulan perencanaan pembangunan moda transportasi merupakan wewenang dari Pemerintah Provinsi DIY. Terlebihm penggunaan kereta gantung ini nantinya tidak hanya untuk kepentingan kota Yogyakarta, melainkan juga kabupaten/kota se-DIY.
Sementara, perwakilan perusahaan penyedia tranposrtasi kereta agung dari Austria, Doppelmayr, Markus Hagspiel mengatakan, keunggulan transportasi modern ini, selain tidak menimbulkan dampak polusi udara, juga tidak membutuhklan biaya investasi besar.
“Bila menggunakan bis bisa menempuh waktu 25 menit, maka dengan tranportasi ini hanya butuh waktu 4 menit,” ungkapnya.
Dosen Arsitektur UGM, Bakti Setiawan juga berpendapat, tranposrtasi kereta gantung ini cocok untuk kota-kota besar di Indonesia.
“Semua itu tetap berdasarkan kebutuhan daerah dalam menyediakan tranposrtasi yang nyaman bagi masyarakat,” imbuhnya.
SUTRIYATI