Penantian Panjang Keluarga Korban Eks Gafatar di Yogya

Logo Gafatar (dok. kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Perasaan sedih, khawatir, sekaligus rindu campur aduk dirasakan oleh para keluarga yang kehilangan sanak saudara mereka beberapa bulan terakhir ini. Terlebih, kepergian mereka yang sembunyi-sembunyi itu disinyalir ada keterkaitannya dengan ormas yang menamakan diri sebagai Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan telah dilarang keberadaannya oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2015 lalu.

Bacaan Lainnya

Itu juga yang dirasakan Muhammad Naiem dan kerabatnya, semenjak Diah Ayu Yulianingsih beserta Raina Ayranica Calya Putri yang baru berusia sekitar dua tahun meninggalkan rumah, dengan dalih akan menghadiri pesta ulang tahun anak temannya di sekitar Monjali, 11 Desember 2015 lalu.

“Ayu sebelumnya memang pernah gabung Gafatar tapi sebelum nikah sudah tidak lagi. Tapi setelah suaminya meninggal, dia berhubungan lagi dengan mereka,” kata Naiem kepada wartawan di DPRD DIY, Jumat (22/1/2016).

Meski berbagai upaya telah ditempuh oleh keluarga untuk menemukan jejak ibu dan anak asal Sleman tersebut, namun hingga kini belum ada titik terang di mana keberadaan mereka. Bahkan, dari ribuan nama yang tercatat mengungsi di Mempawah, Kalimantan Timur pasca kerusuhan, nama Ayu dan Raina tak juga ditemukan.




“Di kalimantan ada tiga lokasi yang besar, yang sulit dicari atau dilacak adalah ketika mereka dititipkan keluarga di sana,” imbuhnya.

Mantan Dekan Fakultas Kehutanan UGM ini menduga, Ayu dan Raina tidak ditempatkan di kamp-kamp tersebut. Mengingat, kebanyakan korban Gafatar yang akan dipulangkan dari Kalimantan nantinya adalah para petani. Sementara Ayu berasal dari kalangan profesional.

Perasaan yang hampir sama juga dialami Istiana, warga Kota Yogyakarta yang bahkan kehilangan tujuh anggota keluarganya sekaligus, sejak 30 Desember 2015 lalu. Ketujuh orang itu adalah Deky Kurniawan, Dina Aktrissita Santoso, Ken Avantie, Kismiyati, Yanuar Aziz, Satrio Javas Wirasana, dan Sri Mulyani.

Isti mengisahkan, pada 29 Desember 2015 lalu, Dina yang juga merupakan putri kandungnya sempat berpamitan akan mengikuti Deky, suaminya ke Kalimantan, karena mengaku akan bekerja di pertambangan tempat saudaranya.

Dina sendiri ketika itu juga sempat resign sebagai karyawan salah satu bank milik pemerintah, karena akan berangkat bersama suami dan putri kecilnya, Ken yang masih seumuran 2 tahun.

“Tanggal 30 Desember 2015 pagi, Dina masih bisa dikontak, tetapi setelah itu nomer hpnya tidak aktif lagi sampai sekarang,” ucap Isti.

Namun, berkat bantuan salah satu rekan Dina yang kini berprofesi sebagai aparat keamanan di wilayah Kalimantan, akhirnya ketujuh anggota keluarganya tersebut ditemukan, dan dipastikan berada bersama ribuan orang yang diusir oleh warga Mempawah, baru-baru ini.

Meski telah ada kepastian tentang keberadaan mereka, namun Isti mengaku masih khawatir karena belum ada kepastian kepulangan mereka ke Pulau Jawa, dan hingga saat ini dirinya belum berhasil menghubungi mereka secara langsung.

Menanggapi keresahan sejumlah keluarga korban eks Gafatar yang Jumat (22/1/2016) atau hari ini mendatangi kantor DPRD DIY, Arif Noor Hartanto selaku wakil ketua dewan berjanji akan meminta kepolisian untuk bertindak cepat dalam proses evakuasi dan mencari motif dan modus dari kepergian para korban tersebut.

“Nantinya korban yang sudah dipulangkan, akan kami tampung di Youth Center di Sleman,” kata Agus saat audiensi dengan Forum Silaturrahim Keluarga Korban Gafatar.

Setelah itu, lanjut Arif, para korban akan menjalani karantina untuk memulihkan kondisi psikologis mereka, sebelum akhirnya dikembalikan ke keluarga masing-masing

“Kami juga mengimbau agar jangan sampai masyarakat melakukkan penolakan kepada warganya yang menjadi korban. Tapi menerima mereka dengan tangan terbuka sebagai upaya pemulihan sosial secara cepat terhadap korban,” pinta Arif.

Berdasarkan informasi yang diterima kabarkota.com, sebanyak 375 pengungsi dengan tujuan Semarang, Jawa Tengah, akan diangkut menggunakan KRI TGK 531, pada Sabtu (23/1/2016) besok pagi, dari Pontianak, Kalimantan Barat. (Rep-03/Rep-04/Ed-03)

Pos terkait