Pendopo nDe’Luweh (sutriyati/kabarkota.com)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Kalau cari tempat makan atau kedai minuman di Yogyakarta ini, bukan hal yang sulit, karena hampir di setiap sudut ada. Begitu pun saat ingin Kumpul bareng komunitas sembari menikmati kuliner. Mulai dari kelas angkringan hingga kelas hotel berbintang juga gampang ditemui.
Hanya saja, terkadang, tempat yang asyik untuk menikmati kuliner, belum tentu cocok untuk kumpul bareng komunitas dalam waktu yang relatif lama, maupun juga sebaliknya.
Tapi ada satu tempat di Yogyakarta yang menawarkan dua hal tersebut sekaligus. Namanya Pendopo nDe’Luweh yang berlokasi di Jalan Ngeksigondo No 54, Yogyakarta.
Salah satu pengelola Pendopo nDe’Luweh, Luh Kinanthi menjelaskan, dengan konsep warung wedangan (kedai minuman), tempat ini menawarkan suasana hommy bagi berkumpulnya komunitas-komunitas. Hal ini, menurutnya, sesuai dengan idealismenya sang owner pendopo, Irsyam Sigit Wibowo, yang juga banyak bergabung di komunitas-komunitas.
“Luweh itu kan bahasa Jawa yang artinya suka-suka, tapi bisa juga bermakna lebih,” kata Luh saat ditemui kabarkota.com, baru-baru ini.
Pendopo nDe’Luweh yang berdiri sejak 2014 ini, selain tempatnya hommy untuk kumpul ‘rame-rame’, menu makanan dan minumannya juga sangat unik, dan identik dengan rempah-rempah. Diantaranya, pitek goreng jinten, pitek goreng markisa, sate wedhus jinten, sego godog endog, dan sego goreng nDe’Luweh yang menjadi menu andalan. Untuk harga, mulai Rp 16 ribu – Rp 37 ribu per porsi.
“Di sini, kami juga mengurangi penggunaan nasi, dan menggantinya dengan singkong rebus,” lanjutnya.
Selain lebih menyehatkan, kata Luh, penggunaan ubi maupun singkong sebagai pengganti nasi juga sekaligus mendukung program penerintah untuk mulai mengurangi konsumsi beras sebagai bahan makanan pokok, dan beralih ke ubi dan sejenisnya. Pihaknya juga menjalin kemitraan dengan sejumlah UKM lokal sebagai pemasok bahan baku, seperti ubi, dan kopi.
Sedangkan untuk gorengan, ada rempe stik, bakwan jagung, telo goreng dan telo godog, dan beberapa jenis lainnya, dengan harga Rp 11 ribu per porsi yang bisa dinikmati bareng-bareng. Uniknya, setiap menu gorengan disajikan dengan dua jenis sambal, yakni sambal labu kuning dan sambal kecombrang yang membuat citarasanya makin “nendang”. Menu penutupnya, ada gedhang goreng, gedhang susu keju, dan jenang jempol, dengan harga yang juga Rp 11 ribu per porsi.
nDe’Luweh juga menawarkan sedikitnya 43 jenis wedang (minuman) yang rata-rata dicampur rempah racikan sendiri, dengan harga mulai dari Rp 6 ribu. Diantaranya, wedang kotagede, wedang markisa sere, markisa asem, markisa kunir, wedang pandan, teh rempah, wedang woh nongko, hingga kopi rempah Luweh yang diambil dari kopi menoreh, Kulon Progo.
“Di sini, pembeli juga bisa meracik sendiri menu pilihannya,” ungkap Luh. Bahkan tak jarang, hasil racikan menu permintaan tamu, menjadi inspirasi bagi pengelola untuk menambah varian daftar minuman yang ditawarkan.
Pihaknya juga mengaku, bahan baku seperti buah-buahan dan rempah-rempah yang digunakan kebanyakan dari hasil panenan kebun sendiri. Oleh karenanya, terkadang ada beberapa jenis minuman yang hanya “musiman” adanya.
Untuk tempat, sebut Luh, kapasitas yang tersedia cukup luas, bisa menampung sekitar 150-200 orang, di venue maupun spot-spot yang ada di dalam pendopo. Dengan furniture klasik, dan didominasi kayu, serta taman hijau yang ditata sedemikian rupa menjadi daya tarik tersendiri untuk membuat orang betah berlama-lama di sini.
Jika ingin menikmati suasana hommy bareng komunitas maupun partner kerja atau juga keluarga sembari menikmati kuliner di malam hari, pendopo ini buka setiap hari mulai pukul 17.00 – 24.00 WIB. Sedangkan untuk pemesanan dilayani maksimal hingga pukul 22.00 WIB. (sutriyati)