Pengamat Politik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Norma Permata. (dok. kabarkota.com)
SLEMAN (kabarkota.com) – Debat pertama Calon Presiden (Capres) Pemilu 2024 telah digelar pada 12 Desember 2023 di halaman kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ahmad Norma Permata berpendapat bahwa secara umum, debat perdana tersebut cukup menghibur dan menarika karena memberikan kesempatan kepada publik untuk menggali lebih dalam, mulai dari visi-misi, kapasitas personal hingga kepribadian dari ketiga capres, yakni Anies Rasyid Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
“Tiga orang ini punya latar belakang yang berbeda yang satu politisi asli yang satu mantan militer yang satu mantan akademik sehingga keragaman itu menarik untuk dieksplorasi,” kata Norma saat ditemui di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, pada 13 Desember 2023,
Meskipun, lanjut Norma, pada akhirnya debat perdana Capres lebih didominasi oleh Anies dan Prabowo. Dalam hal ini, Anies mengusung jargon perubahan, dan Prabowo mengusung tema keberlajutan pemerintahan Presiden Jokowi.
“Dalam konteks ini ternyata Ganjar agak sulit masuk Karena posisinya mengambang antara mengkritik atau melanjutkan Jokowi,” anggapnya.
Lebih lanjut Norma berpandangan bahwa untuk isu-isu yang sangat kompleks seperti korupsi, dan Hak Asasi Manusia (HAM) cukup sulit perdebatannya tanpa track record sehingga akhirnya mereka hanya silat lidah karena tidak ada posisi ideologis di antaranya ketiga kandidat.
Posisi ideologis yang dimaksud Norma, adalah posisi kanan, kiri, atau tengah. Ia menjelaskan, jika posisi ideologi kanan, maka penyelesaian masalah menggunakan mekanisme pasar. Sedangkan ideologi kiri, maka negara melalui BUMN atau aparat yang turun tangan menyelesaikan masalah. Sementara kelompok tengah lebih kompromis dengan membangun kesadaran Sumber Daya Manusia (SDM).
“Saya kira perbedaan ketiganya itu hanya pada posisi basis massa mereka,” tegasnya.
Anies didukung oleh massa berbasis Islam. Ganjar basis massanya kiri. Sedangkan Prabowo cenderung mendapatkan dukungan dari kelompok tengah. Namun, secara ideologis, ketiganya pragmatis.
Norma menilai, meski debat perdana capres cukup menarik, namun publik lebih menunggu debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) antara Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD.
“Saya kira debat cawapres akan menjadi yang paling dinanti karena kita tahu secara awam Gibran punya gap yang cukup jauh dengan kedua kandidat yang lain yang merupakan politisi senior,” ucapnya.
Mengingat, sebut Norma, Mahfud MD berlatar belakang akademisi dan Aktivis. Muhaimin Iskandar atau Cak Imin adalah politisi dengan jam terbang sangat tinggi. Sementara background Gibran bukan aktivis atau pun akademisi. Itu menjadi PR besar bagi tim kreatif di belakang Gibran untuk mempersiapkan putra sulung Presiden Jokowi tersebut untuk mengikuti debat Cawapres yang rencananya digelar pada 22 Desember 2023 mendatang.
Norma menduga, nantinya Gibran akan lebih banyak defensif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam debat.
“Setidaknya, dia bisa menjawab dan memiliki argumen saat berhadapan dengan para tokoh-tokoh yang lebih senior,” sambungnya.
Jika selama ini Gibran irit bicara, Norma menganggap, itu karena selama ini dia belum berdiri sendiri sehingga ketika banyak bicara, maka pembicaraannya akan lebih mengarah ke prestasi-prestasi Presiden Jokowi yang notabene adalah bapaknya. Sebab, pengalaman Gibran di pemerintahan sebagai Walikota Solo terbilang masih sangat minim, yakni kurang dari satu periode. (Rep-01)