Perlawanan Komunitas Kretek dalam Bentuk Puitik

Diskusi dan Peluncuran Buku Perlawanan Politik & Puitik Petani Tembakau Temanggung di Universitas Gadjah Mada (UGM) (26/9/2016) (Anisatul Umah/kabarkota.com)

SLEMAN (kabarkota.com) – Lahirnya komunitas kretek pada bulan April tahun 2012, menjadi bentuk perlawanan petani Temanggung menolak Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) pengendalian tembakau. Perlawanan petani tembakau di Temanggung juga diwujudkan dalam bentuk yang puitik berupa kuda lumping dan sajen.

Bacaan Lainnya

Kondisi perlawanan yang dilakukan petani tembakau menjadi objek penelitian Disertasi Mohamad Sobari yang ditulis dalam bukunya berjudul Perlawanan Politik & Puitik Petani Tembakau Temanggung. New social movement menjadi teori yang digunakan, bahwa sebuah perlawanan menurutnya tidak selalu lurus saja, namun ada juga fenomena lain yang muncul.

“Seluruh tulisan saya memang gaya-gaya seperti ini. Ilmu pengetahuan yang diolah secara puitis kan tidak melukai benda itu,” ungkapnya dalam diskusi dan peluncuran buku Perlawanan Politik & Puitik Petani Tembakau Temanggung di Universitas Gadjah Mada (UGM) (26/9/2016)

Kehidupan petani menurut Sobari, layaknya air mengalir, melalui perlawanan ini dirinya tidak mau mengatakan jika pihak petani kalah. Hal ini karena kata nampak menang itu biasa dalam lintasan sejarah, namun kenyataannya dia kalah, dan yang nampak kalah ternyata bisa menang.

“Adakah petani itu bahagia dalam perlawanannya yang sedemikian itu? Saya tidak menceritakan tetapi hanya menggambarkan titik-titik dramatik puitik dalam bentuk perlawanan politik,” ungkapnya.

Pembicara lain dalam diskusi, Saleh Abdullah mengatakan bahwa tembakau memiliki manfaat yang menyembuhkan, sehingga muncul kretek obat yang membentuk semangat perlawanan. Menurutnya perjuangan laskar kretek ini luar biasa, di mana kegiatan yang mereka lakukan adalah dengan dana sendiri.

“Mudah-mudahan laskar kretek memelihara imaji kreatifnya. Ini gerakan fenomenal dan jauh dari intervensi asing,” ujarnya.

Hairus Salim dalam diskusi menyampaikan gerakan laskar kretek ini nantinya tidak akan menang dan tidak akan kalah, dan tidak akan kalah sama sekali. Mengganti nama rokok menjadi kretek menurut Salim, akan membuat orang berfikir untuk merefleksi, karena orang akan menelaah apa yang membedakan rokok dengan kretek.

Penelitian pro kretek, tambah Salim, belum pernah dilakukan oleh golongan anti kretek yang tingkatnya selevel dengan disertasi. Dalam penelitian menurutnya, yang objektif itu bukan memihak atau tidak, tapi pada kejujuran.

“Yang namanya tulisan etnografi tidak akan pernah menjadi narasi yang objektif, namun bercerita. Di situ yang disebut puitik, dengan seluruh tulisan politis dan institusional. Memihak menjadikan peneliti bisa masuk dalam kondisi sosial,” tuturnya. (Rep-04/Ed-01)

Pos terkait