Ilustrasi (dok. istimewa)
YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Ungkapan keprihatinan salah satu Calon Presiden (Capres) RI, Prabowo Subianto, karena lulusan SMA hanya menjadi pengemudi ojek online (Ojol), di satu sisi mengundang reaksi dari para driver ojol yang tersinggung karena merasa dilecehkan profesinya. Di Jawa Timur, Misalnya, karena merasa terhina, ratusan Ojek “Online” Madiun demo tuntut Prabowo minta maaf (kompas.com, 27/11/2018).
Namun, lain halnya dengan sejumlah pengemudi Ojol di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kepada kabarkota.com, salah satu driver ojol asal Purworejo, Jawa Tengah, Teguh justru merespon positif pernyataan tersebut. Ia menganggap, pernyataan Prabowo adalah sebuah keprihatinan bersama terhadap kondisi dan keadaan anak bangsa.
“Bagi mereka yang menjadikan ojek online sebagai pekerjaan utama tanpa bisa memilih profesi lain memang ini memprihatinkan.Jangan sampai menjadi driver online hanya sebagai kamuflase pengangguran tersembunyi yang hasilnya tidak seberapa. Lagi-lagi yang diuntungkan perusahaan online, karena meraup 20 perclsen dari upah penumpang, perusahaan motor dan perusahaan HP,” kata Teguh yang juga berprofesi sebagai advokat ini, Selasa (27/11/2018).
Oleh karenanya, Teguh berpendapat bahwa semestinya para pengemudi Ojol tak tersinggung, karena pada dasarnya itu adalah kritik yang ditujukam pada negara.
“Negara harus bertanggung jawab dan hadir jika ada seperti ini,” tegasnya. Diantaranya, dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak lagi, serta regulasi yang menguntungkan orang kecil.
“Sekarang potongan tinggi dari pengelola ojol saja, pemerintah tak bisa berbuat apa-apa,” sesalnya.
Sementara pengemudi Ojol dari Yogyakarta, Koko menilai, pernyataan Prabowo adalah hal biasa. Namun karena dipolitisir, kesannya menjadi tak biasa.
“Kalau karena statement itu lalu ada gerakan massa yang tak terima, menurut saya itu berlebihan,” ucapnya. (Rep-02)