Ilustrasi: Bawang merah produksi petani di pesisir pantai Selatan Bantul (dok. kabarkota.com)
BANTUL (kabarkota.com) – Para petani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Paris Makmur panen bawang merah dengan metode agro electrifying untuk pertama kalinya, di Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul, DIY.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hemangku Buwono X yang turut menghadiri panen perdana tersebut mengatakan, budidaya bawang merah dengan metode agro electrifying ini mendapatkan dukungan dari Dana Keistimewaan (Danais) untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sekaligus, menggencarkan pemanfaatan Tanah Kas Desa (TKD) untuk peningkatan taraf hidup masyarakat.
Menurut Sultan, Kalurahan harus menyediakan sebagian TKD untuk warga kurang mampu dan tidak bekerja supaya mereka bisa memanfaatkan lahan tersebut untuk bertani, dengan sistem sewa. Bahkan jika tidak memiliki dana untuk menyewa, maka warga bisa menggunakan danais yang bisa dikembalikan dananya setelah ada hasil.
“Tidak ada alasan lagi kalurahan menyewakan ke pihak lain. Kalurahan harus menolong rakyatnya sendiri dahulu. Bukan diseawakan ke kalurahan lain untuk membangun kantor dan sebagainya,” tegas Sultan, pada 24 Agustus 2023.
Sultan berharap, keberhasilan petani bawang merah mampu meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga, dan tidak terlena dengan perilaku konsumtif. Mengingat, panen perdana bawang merah dengan metode agro electrifying ini memberikan keuntungan antara Rp50 – Rp70 juta per hektar. Dari setiap hektar lahan yang ditanami bawang merah dengan metode ini, mampu menghasilkan 18-20 ton atau lebih tinggi di atas rata-rata nasional yang hanya menghasilkan 10 ton saja per hektarnya.
“Jangan Mo Limo (Madon, Mendem, Maling, Main, Madat),” pinta Sultan. Bahkan, Sultan menekankan kepada para lurah agar tak segan mencabut izin pemanfaatan TKD, jika ada warga yang terbukti melakukan Mo Limo.
Sementara terkait fluktuasi harga, Gubernur DIY menganggap bahwa itu merupakan hal yang lumrah terjadi. Petani bisa menyiasatinya dengan membaca iklim dan musim. Selain itu, lahan yang digunakan untuk menanam bawang merah cukup 2.000 – 2.500 hektar saja, guna menekan fluktuasi harga, karena panennya tidak bersamaan.
Sementara itu, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Prihasto Setyanto mengapresiasi keberhasilan pengelolaan lahan marginal menjadi lahan pertanian produktif, melalui intervensi teknologi guna mendukung upaya menjadikan kawasan Pantai Selatan sebagai lumbung pangan DIY.
“Istilah lemah mati dari urip benar-benar terwujud di DIY,” ucap Prihasto sebagaimana dirilis Humas Pemda DIY, pada Jumat (25/8/2023).
Terlebih, lanjut Prihasto, produktivitas bawang merah di Parangtritis sangat tinggi. Padahal dengan metode tumpang sari. Hal ini menguntungkan, mengingat pada satu musim tanam bawang merah saja, cabai sebagai tanaman selingan, mampu dipanen hingga 30 kali.
Selama ini, Kabupaten Bantul bagian selatan dikenal sebagai sentra penghasil bawang merah. Kegiatan pertanian dengan metode agro electrifying terbukti mampu mengefisiensi Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga 70%. Metode ini juga membuat area pertanian terbebas dari polusi dan menekan penggunaan pestisida. (Ed-01)