YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Dengan hanya ada dua pasangan calon presiden-wakil presiden membuat persaingan seolah terpolarisasi. Akibatnya, saling serang antarkedua kubu hingga kini tak terhindarkan dan seolah terus berlanjut.
"Polarisasinya luar biasa. Terlebih basisnya masyarakat kita gampang terbelah saat ini," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Erwan Agus Purwanto kepada kabarkota.com, Sabtu (5/7).
Erwan menilai, basis masyarakat yang komunal menjadikan salah satu faktor tidak dicernanya informasi dengan baik. Untuk itu apabila kedua pasangan entah itu melalui tim sukses, jika terus melakukan saling serang dikhawatirkan akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi masyarakat yang belum menentukan pilihan.
"Ini harus diantisipasi karena bisa berdampak pada partisipasi pemilih di bawah. Masih ada sekitar 20-an persen masyarakat yang belum menentukan pilihan," kata Erwan.
Ia menegaskan, sejatinya, kampanye merupakan ajang mencari simpati dukungan masyarakat untuk mengambil keputusan. Oleh karenanya, timses harus cerdas dengan cara mencari simpatik, damai, dan bukan melakukan fitnah. "Apalagi kesannya menjatuhkan."
Untuk itu, Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DIY, Bagus Sarwono meminta agar kedua kubu tidak melanjutkan saling menyerang dan saling berbalas. "Kurang mendidik," katanya.
Bagus menambahkan, meskipun saat ini mendekati masa akhir kampanye justeru cenderung yang terjadi malah 'kurang sehat'. Ia tidak menampikkan jika yang dilakukan demi penegakan hukum tentu diperbolehkan. Akan tetapi, jika hanya untuk kembali menjatuhkan mestinya hal itu tidak dilakukan.
"Jika memang diteruskan, kami khawatir berpotensi berpengaruh pada pihak tertentu. Mestinya, keduanya harus bisa untuk saling meredam," ujarnya. (jid/kim)