Ramai-ramai Menjadi Content Creator di Era Digital

Ilustrasi (dok. kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Pandemi Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) telah membatasi mobilitas masyarakat selama tiga tahun terakhir. Namun bagi sebagian orang, pembatasan tersebut justru memunculkan ide kreatif dengan memanfaatkan internet sebagai ruang berekspresi, sekaligus mencari peluang pendapatan sebagai content creator di platform digital, seperti YouTube.

Bacaan Lainnya

Salah seorang content creator asal Sleman, Eko Purwono mengaku, dirinya memanfaatkan waktu luang di sela-sela rutinitasnya sebagai jurnalis media online untuk membuat konten di YouTube.

“Sebenar saya mulai coba-coba menjadi kreator video via channel YouTube sejak 2015, namanya sempat berganti tiga kali, RM Channel, Manunggal Channel, akhirnya kini bernama Macul Channel,” ungkap Eko kepada kabarkota.com, Senin (28/11/2022).

Hanya saja, konten tersebut diunggah seadanya karena belum mengenal berbagai aplikasi untuk mengedit video. Kemudian di tahun 2019, seiring merebaknya Covid-19 yang membatasi aktivitasnya di luar rumah, ia pun mulai rajin membuat video untuk mengisi konten di kanal YouTube miliknya.

Pria asal Padukuhan Karanggawang, Kalurahan Mororejo, Kapanewon Tempel Kabupaten Sleman ini mengaku, dengan mengelola kanal YouTube, ia mendapatkan penghasilan tambahan dalam bentuk dolar dari tayangan iklan di video-videonya.

Baginya, kehadiran teknologi telekomunikasi dan informasi menjadi sangat penting untuk memudahkan aktivitasnya sehari-hari. Termasuk, menuangkan ide-ide kreatif di dunia maya.

“Saya juga bisa berkreasi untuk mengembangakan dalam hal editing video, menambah wawasan dan pengetahuan dan tentunya sebagai sarana hiburan dan informasi,” sambungnya.

Di lain sisi, Eko tak memungkiri bahwa menjamurnya content creator menjadikan tantangan untuk mendapatkan subscriber dan viewers semakin berat. Terlebih, dirinya bukan datang dari kalangan artis maupun public figure.

Lain halnya content creator asal Bantul, Elisa yang mulai mengunggah video di kanal YouTube, sejak 2018. Awalnya, ia hanya iseng untuk mencari hiburan di tengah kepenatan rutinitasnya.

“Awalnya, saya hanya iseng, asal bicara dan tidak niat membuat kanal sendiri di YouTube. Saya kaget karena ternyata penontonnya terus naik, dan subscriber-nya juga naik,” ungkap perempuan yang juga berprofesi sebagai penulis ini.

Kini, dari hasil usahanya tersebut, Elisa bisa mendapatkan tambahan pemasukan setidaknya dua kali dalam satu tahun, dari kanal YouTube Irukawa Elisa. Selain itu, ia juga membangun kanal YouTube Kucing kupolah dan Songgo pawon.

“Saya berharap ini bisa menjadi investasi di masa datang. Meski sekarang penghasilannya belum sebanding dengan tenaga yang saya keluarkan,” ucapnya lagi.

Lebih dari itu, Elisa mengaku, kini menguasai skill baru, dengan seringnya melakukan editing video untuk kontennya. Dalam membuat konten, ia juga mempertimbangkan sisi kemanfaatan untuk para penontonnya.

“Saya berusaha untuk tetap memberikan informasi dan manfaat,” tegasnya. Sebab ia meyakini bahwa konten yang edukatif bisa mengubah perspektif masyarakat.

Content Creator, Peluang Profesi Menjanjikan di Era Digital

Berdasarkan Laporan data dan tren pengguna internet dan media sosial pada tahun 2022 yang dikeluarkan Hootsuite (We are Social), dari total populasi penduduk dunia 7.91 Miliar, sebanyak 4.95 miliar adalah pengguna internet, dan 4.62 miliar terhitung penggula media sosial aktif. Sedangkan perangkat mobile yang terhubung sebanyak 8.28 miliar atau lebih besar dari total populasi penduduk dunia.

Hal serupa juga terjadi di Indonesia, dari total populasi 277.7 juta jiwa saat ini, pengguna internetnya sebanyak 204,7 juta, dan pengguna media sosial aktif sekitar 191.4 juta. Perangkat mobile yang terhubung sebanyak 370.1 juta atau naik 3.6 persen, dari tahun 2021 yang masih di angka 345.3 juta. Lama waktu akses media digital orang Indonesia di tahun 2022 juga terbilang lama, yakni 8 jam, 36 menit dalam penggunaan internet per hari, dan 2 jam, 50 menit rata-rata per hari waktu melihat televisi, broadcast, streaming, dan video. Adapun penggunaan media sosial melalui berbagai perangkat, rata-rata per hari sekitar 3 jam 17 menit.

Alasan orang Indonesia menggunakan internet menurut laporan tersebut, 80.1 persen untuk menemukan informasi, 72.9 persen untuk menemukan ide baru dan inspirasi, 63.4 persen mengisi waktu luang, 61.4 persen untuk mengikuti berita dan kejadian terkini, serta 58.8 persen untuk menonton video, TV, dan film. Laman YouTube disebut sebagai laman terbanyak kedua yang dikunjungi orang Indonesia pada tahun 2022, dengan angka mencapai 241 juta.

Dari riset tersebut, maka tidak mengherankan jika kini karya para content creator yang sangat banyak telah membanjiri dunia maya. Hadirnya internet yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat, adalah pasar yang sangat menjanjikan bagi tumbuhnya industri kreatif, seperti halnya yang dilakoni para YouTuber.

Sementara, dilansir dari laman katadata (2022), nilai pasar industri content creator di tanah air diprediksi mencapai Rp 7 Triliun. Bahkan, nilainya akan meningkat lima kali lipat pada tahun 2027 mendatang. Co-CEO Famous Allstars (FAS), Syamsul Arief Rakhmadani mencontohkan, valuasi pemain di industri content creator seperti RANS Entertainment milik pasangan artis, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina saja telah mencapai Rp 1.45 triliun. Masifnya teknologi Web 3.0 juga akan membuat nilai pasar content creator semakin bertumbuh.

Dari sisi kuantitas, Fibriyani Elastria selaku Head of Consumer Marketing Google Indonesia menyebut, jumlah YouTuber Indonesia yang mendapatkan Gold Button sebagai penghargaan bagi kreator yang menembus sejuta pelanggan semakin banyak.

“Jika di tahun 2017 baru 17 gold creator, maka di tahun 2018 tercatat 85 gold creator awardees,” kata Febriani dikutip dari laman suara, 4 Oktober 2018. Selain itu, ada lebih dari 1.700 channel dengan 100 ribu pelanggan. Angka tersebut naik dari sebelumnya baru 680 channel yang punya pelanggan dengan jumlah subscriber yang sama.

Daya Dukung Transformasi Digital

Pengamat Media, Subkhi Ridho berpendapat bahwa menjamurnya content creator di YouTube merupakan hal yang menggembirakan karena mereka bisa berkarya sesuai keahlian masing-masing dan publik pun bisa menikmati secara langsung segala hal yang diinginkan sesuai selera. Meski pun tantangannya adalah bersaing dengan para YouTuber dari kalangan artis maupun public figure yang selama ini menghiasi layar kaca.

Tantangan lainnya, sebut Subkhi, terkait infrastruktur digital yang merupakan bagian dari empat pilar transformasi digital, selain masyarakat dan pemerintahan digital, serta ekonomi digital.

“Pilar-pilar itu saling terkait sehingga kesiapan keempatnya mesti dilakukan secara bersamaan. Agar tidak mengalami gagap digital,” tegasnya.

Subkhi menilai, secara umum, negara telah memfasilitasi jaringan internet yang cukup memadai. Hanya saja masih perlu peningkatan infrastruktur yang lebih luas untuk meminimalisir daerah-daerah blank spot.

“Dalam hal ini, layanan provider perlu juga meningkatkan kualitas jaringannya agar kecepatan stabil dan menjangkau daerah-daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal),” harap Subkhi.

Hal itu sejalan dengan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2022 yang menyebut bahwa metode koneksi internet yang terbesar menggunakan mobile data dari operator seluler (77.64 persen).

Sementara, melihat dari persentase operator seluluer yang banyak digunakan, 41.94 persen Telkomsel; 20.44 persen XL Axiata; 17.78 persen; Indosat Ooredoo, 14.08 persen; Three (3);  dan 5.76 persen Smartfren, dengan alasan utama sinyal paling kuat di lokasi pengguna (47.15 persen).

Kominfo: Lebih dari setengah Indonesia masih Blank Spot

Di lain pihak, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Jhonny G. Plate memaparkan, sekitar 12.548 dari 83.500 desa dan kelurahan di Indonesia masih blank spot. Termasuk, 3.435 desa dan keluarahan di wilayah komersial, dan 9.113 di wilayah 3T.

“12 ribu dan 83 ribu itu persentasenya memang kecil, tapi dari luas wilayah dan sebaran kehidupan masyarakat, itu lebih dari setengah Indonesia itu masih blank spot,” kata Jhonny dalam dalam Restrospeksi 2021 dan Outlook 2022 Kementerian Kominfo melalui kanal YouTube Kemkominfo TV, 21 Desember 2021.

Oleh karenanya melalui pembangunan BTS, pemerintah berharap pada akhir tahun 2022 ini, seluruh desa dan kelurahan yang blank spot tersebut sudah terlayani dengan sinyal 4G.

“Sinyal 4G ini menjadi tulang punggung telekomunikasi nasional,” imbuhnya.

Di tahun 2021, Menkominfo menyebut pemerintah bersama operator seluler telah membangun sekitar 359.000 km fiber optic di darat dan di laut. Namun, itu belum bisa menjangkau seluruh daerah sehingga di tahun 2022 ini, sedikitnya 12.083 km fiber optic masih dibutuhkan untuk memudahkan akses internet daerah-daerah blank spot.

Operator Seluler Perluas Jangkauan Pemancar Jaringan

Sementara itu, Swandi Tjia selaku Head of Region Central & West Java Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menjelaskan, pada kuartal III 2022, sebanyak 98.6 juta pelanggan di seluruh Indonesia telah menggunakan internet dengan koneksi 4G.

District Operation Head of Region Central & West Java IOH, Robby Hikmat Permana. (dok. kabarkota.com)

Terkait jaringan, District Operation Head of Region Central & West Java IOH, Robby Hikmat Permana menambahkan, guna mendukung program pemerintah melakukan transformasi digital, pihaknya telah melakukan penambahan sites (pemancar jaringan) hingga ke kelurahan dan desa.

“Harapan kami, pelanggan di pelosok bisa dapat sinyal,” kata Robby di Yogyakarta, 20 November 2022.

Integrasi jaringan IOH, sebut Robby, dilakukan di lebih dari 43.000 sites di seluruh Indonesia, dengan target penyelesaian hingga akhir tahun 2022, guna mendukung gaya hidup digital para pelanggannya. (Rep-01)

Pos terkait