Relokasi Lamban, Erupsi Sinabung telan Korban

Ilustrasi (wego.co.id)

KARO (kabarkota.com) – Lambannya proses relokasi warga di zona merah Gunung Sinabung telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa khususnya di desa Gamber, saat gunung berapi di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara tersebut meletus dan menyemburkan awan panas, sejak Sabtu (21/5/2016) pekan lalu.

Bacaan Lainnya

Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, berdasarkan rekomendasi PVMBG, Desa Gamber yang berada pada radius 4 km di sisi tenggara dari puncak kawah Gunung Sinabung sebenarnya telah dinyatakan sebagai daerah berbahaya atau zona merah.

“Sejak 31Oktober 2014, Desa Gamber direkomendasikan sebagai daerah berbahaya sehingga masyarakatnya harus direlokasi ke tempat yang lebih aman. Masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas, termasuk untuk mengolah lahan pertanian di Desa Gamber, apalagi saat status Awas,” kata Sutopo melalui laman BNPB, Minggu (22/5/2016).

Namun, karena keterbatasan lahan, proses relokasi terhadap 1.683 Kepala Keluarga (KK) atau 4.967 jiwa dari Desa Gamber, Kuta Tonggal, Gurukinayan, dan Berastepu menjadi lamban.

Menurutnya, meskipun BNPB telah memberikan bantuan sewa rumah sebesar Rp 3,6 juta/KK/tahun dan sewa lahan pertanian sebesar Rp 2 juta/KK/tahun akan tetapi sebagian masyarakat tetap nekat berkebun dan tinggal sementara sembari mengolah kebun dan ladangnya sendiri, dengan dalih ekonomi sehingga mereka nekat melanggar larangan masuk ke desanya.
 
Akibatnya, berdasarkan data sementara yang dirilis BNPB Minggu (22/5/2016) pagi, sedikitnya sembilan warga Desa Gamber menjadi korban keganasan awan panas. Dari jumlah tersebut, enam diantaranya tak terselamatkan, dan tiga korban lainnya dalam kondisi kritis.

Sutopo juga menambahkan, aktivitas vulkanik di Gunung Sinabung masih tetap tinggi. Potensi letusan susulan disertai luncuran awan panas juga masih berpeluang terjadi di sisi timur, tenggara dan selatan. Mengingat, masih adanya suplai magma dari perut gunung sehingga guguran lava yang menghasilkan awan panas umumnya terjadi setelah pertumbuhan kubah lava. 

“Awan panas ini merupakan campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu lebih dari 700 derajat celsius yang meluncur dengan kecepatan bisa di atas 100 kilometer per jam,” sebutnya. (Rep-03/Ed-03)

Pos terkait