Balairung Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. (elisa.ugm.ac.id)
SLEMAN (kabarkota.com) – Ilmu sains dan ilmu sosial menjadi disiplin ilmu yang dinilai sulit dipertemukan. Namun, kedua ilmu tersebut akan bisa bersama tatkala ada momen seperti bencana alam.
"Keduanya bisa dipertemukan saat bencana alam," kata Direktur Indonesian Francis Institute, Chritine Moerman dalam konferensi pers Pesta Sains 2014 bertema 'Amarah Bumi' di Pusat Kebudayaan Koesnadi Harjosoemantri UGM, Rabu (16/9).
Seperti itulah gambaran sekilas isi Pesta Sains 2014. Berbagai macam gambar maupun replika yang berhubungan dengan bencana tsunami dan gempa terpajang di sana.
Gambar-gambar kejadian pasca bencana di beberapa negara di belahan dunia menjadi sebuah pembelajaran. Mulai kejadian di Yunani, Thailand, Florida, San Fransisco, Afrika, Jepang, hingga Indonesia. Disamping itu adapula poster pendampingan pasca bencana alam.
Selain gambar juga ada replika sebagai wujud ilmu sains, dari berbagai macam gerakan tanah, tipe bangunan yang aman dan tidak apabila terjadi gempa bumi, serta jenis-jenis getaran gelombang akibat gempa bumi. Ada juga film pendek yang menceritakan kondisi daerah saat terjadi bencana.
Isi dari apa yang dipamerkan tersebut disajikan dalam bahasa Perancis, Italia, dan Inggris. "Semua pameran bersifat edukatif," kata dia.
Sementara itu salah seorang panitia, Asep Suryawijaya menambahkan, cukup penting bagaimana memadukan ilmiah dan sosial. Menurutnya, hal itu akan dapat menjadi edukasi masyarakat untuk menghadapi bencana.
"Cerita turun temurun menjadi bagian yang lebih penting," kata anggota Forum Komunikasi Pelajar Pecinta Alam ini.
Pesta Sains 2014 akan berlangsung 18-26 September 2014. Sedangkan, seremoni pembukaan akan dilakukan malam ini. (kim)