Saddam Husein, Pengepul Tokek dari Purbalingga

PURBALINGGA (kabarkota.com) – Sekitar 5.000 tokek memenuhi ruangan 3×3 meter dengan tinggi 2 meter. Sebagian besar berbintik-bintik, sebagian lain bergaris, dan ada yang polos.

Sebenarnya, ruangan itu adalah kamar tidur keluarga Sardam di Kampung Sirongge, Kembaran Kulon, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tapi laki-laki berumur 39 tahun ini dengan senang hati menyerahkan ”hak pakai” untuk tokek.

Bacaan Lainnya

Menjadi pengepul tokek adalah bisnis yang ia geluti sejak 2006 silam. Selama ini trend bisnisnya menanjak. Bahkan sekarang, setiap minggu menyetor 5.000 tokek kepada pengusaha di Surabaya.

”Keuntungan saya rata-rata seratus rupiah per ekor,” papar Sardam, yang oleh tetangga dan koleganya dikenal dengan sebutan Saddam Husein.

Hampir setiap hari Sardam dibantu Emi Surati (34 th) istrinya, menerima setoran tokek dari ”pemburu” di berbagai daerah. Selain dari Purbalingga, datang dari Purwokerto, Kebumen, Pemalang, dan Banjarnegara. Jumlah penyetor sampai 100 orang, tetapi yang rutin 10 orang.

Harga per ekor bervariasi, ditentukan oleh panjang dan kelengkapan tubuh. Misalnya untuk panjang 8-10 cm seharga Rp 1.700 – Rp 1.800 per ekor, dan untuk panjang di bawahnya hanya Rp 600 per ekor. Harga itu semakin jatuh, jika ekor tokek putus.

Sardam mengawali ”karir” sebagai pemburu binatang. Profesi ini mengikuti jejak orangtuanya. Awalnya, apa pun dicari, baik itu ular, katak, kura-kura, tokek, maupun cicak.

“Waktu itu hasil buruan disetor ke ayah saya yang menjadi pengepul di Purwokerto. Setelah mampu mandiri, saya mulai menerima setoran teman-teman pemburu di Purbalingga,” jelas Sardam yang hanya bersekolah hingga kelas V SD.

Karena profesi inilah, dipatuk ular, digigit tokek atau kura-kura adalah hal biasa. Ia pernah merasakan gemetaran setelah dipatuk kobra, untungnya Sardam tahu bagaimana cara menawarkan bisa.

Pengalaman lain, ular yang sudah dimasukkan dalam kantong dan diikat ternyata mampu meloloskan diri. Karena rumahnya ada di tengah perkampungan, tak ayal membuat geger warga sekitar. Untungnya ular tadi masuk ke selokan dan langsung “melarikan diri” ke sungai.
 
Di kawasan Purbalingga dan sekitarnya, khususnya bagi pemburu ular maupun tokek, nama Sardam sudah dikenal. Dialah satu-satunya pengepul tokek di situ.

Seiring dengan kesuksesan bisnisnya, Sardam membangun rumah yang tidak jauh dari rumah lama. Untuk ukuran masyarakat Kampung Sirongge, rumah baru berukuran 12×7 meter tersebut termasuk mewah. ”Rumah ini memang hasil bisnis ular dan tokek,” papar Sardam diiyakan istrinya.

Meski begitu, keluarga ini harus bersabar. Mereka mengalah dari ribuan tokek yang selama ini sudah memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Satu ruangan kamar tidur, masih dipakai untuk ”mess” para tokek sebelum diambil pembeli.

Untuk kepentingan tersebut, alas maupun atap diberi alas gedheg (anyaman bambu) sehingga memberi kenyamanan kepada tokek. Selain itu ada beberapa batang kayu dan bambu yang dibiarkan berserakan untuk memberi tambahan ruangan menempel para tokek.

”Saya masih akan membangun satu ruangan khusus untuk tokek di rumah orangtua saya. Tidak jauh dari sini. Baru setelah itu, kami pindah ke sini. Kami ngalah dulu dari tokek,” jelas Emi. (tya)

Pos terkait