Ilustrasi (sumber: kapselclassforkomuntar.wordpress.com)
WANGIWANGI (kabarkota.com) – Setiap dua minggu diperkirakan satu bahasa tutur di dunia hilang karena penuturnya telah meninggal.
Dalam Seminar Budaya Nasional di Wangiwangi, Pakar Bahasa dari Universitas Indonesia, Pudentia mengatakan hilangnya bahasa tersebut, akibat generasi penerus yang mulai melupakan atau meninggalkan akar budaya dari leluhurnya.
“Sebagain besar dari komunitas masyarakkat hanya memahami budaya sebagai seni kreasi, tarian atau tradisi budaya yang ditampilkan di atas panggung,” katanya seperti dilansir Antara, Selasa (11/11).
Padahal menurutnya, akar budaya masyarakat yang sesungguhnya terdapat pada bahasa tutur dari komunitas penutur bahasa tutur atau bahasa lisan itu sendiri. Mengingat, Kearifan budaya lokal setiap etnis masyarakat dunia, lahir dari bahasa tutur atau bahasa lisan masyarakat adat.
Pengurus Asoasiali Tradisi Lisan ini juga mengungkapkan bahwa terdapat ungkapan-ungkapan halus atau bahasa kiasan bagaimana manusia berperilaku dan berinteraski dengan alam sekitarnya.
"Melalui bahasa tutur, mayarakat adat sangat piawai dalam mengelola dan memanfaatkan alam sebagai sebagai sumber kehidupannya," tambahnya.
Oleh karenanya Pudentia berharap, agar kearifan budaya lokal yang berakar dari bahasa tutur ini dapat digali dan dikembangkan di masa kini. Dengan begitu, ujarnya, bahasa tutur yang sarat dengan nilai-nilai kearifan itu tetap lestasi dan dipertahankan keberadaanya.