Aung San Suu Kyi (wikipedia.org)
JAKARTA (kabarkota.com) – Pernyataan yang bernada sentimen terhadap muslim dari penerima Nobel Perdamaian asal Myanmar, Aung San Suu Kyi disesalkan banyak pihak. Termasuk, kalangan aktifis pro demokrasi di Indonesia.
Salah satunya adalah Emerson Yuntho yang kemudian menggalang dukungan untuk mencabut Nobel Perdamaian Suu Kyi melalui petisi online, di laman change.org.
Dalam petisi tersebut, Emerson mengutip pernyataan Suu Kyi yang dinilai rasis, dengan ungkapan: “Tak ada yang memberi tahu bahwa saya akan diwawancarai oleh seorang muslim”.
Pernyataan itu disampaikan Aung San Suu Kyi usai diwawancara presenter acara BBC Today, Mishal Husain pada tahun 2013 lalu.
Kekesalan Suu Kyi, tulis Emerson, disebabkan pertanyaan yang diajukan Husain mengenai penderitaan yang dialami oleh umat muslim di Myanmar. Ketika itu, pejuang perempuan pro demokrasi tersebut juga diminta mengecam mereka yang antimuslim dan melakukan berbagai tindak kekerasan sehingga umat muslim suku Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar.
“Pernyataan Suu Kyi yang bernada rasis barangkali hanya satu kalimat namun maknanya sangat mendalam bagi setiap orang yang mencintai perdamaian,” anggapnya.
Terlebih, tidak sedikit orang di sejumlah negara, termasuk Indonesia yang selama ini kagum terhadap sosoknya karena dikenal sebagai figur penyabar, berjuang dalam damai dan hingga akhirnya dapat merebut kekuasaan di Myanmar.
“Namun pernyataan Suu Kyi mempermasalahkan seorang jurnalis Muslim pada akhirnya membuat banyak orang kecewa dan marah. Hal ini juga membuka kembali pertanyaan dunia internasional tentang sikap Suu Kyi terhadap kaum minoritas Muslim di Myanmar,” tambahnya.
Selain itu, ia juga menilai, Suu Kyi tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia yng dialami oleh etnis minoritas muslim Rohingya. Padahal, selama tiga tahun terakhir, lebih dari 140 ribu etnis muslim Rohingya hidup sengsara di kamp pengungsi Myanmar dan di berbagai negara.
“Apa yang salah dari seorang Muslim, Suu Kyi? Bukankah Demokrasi dan Hak Asasi Manusia mengajarkan untuk menghormati setiap perbedaan keyakinan dan menjunjung tinggi persaudaraan. Apapun agamanya, harusnya Suu Kyi dan kita semua harus tetap saling menghormati setiap orang dan tidak bertindak diskriminatif sebagai sesama manusia,” ujar Emerson.
Sebagai pejuang demokrasi, menurutnya, pernyataan bersifat rasis sangat tidak pantas diucapkan karena merusak nilai-nilai demokrasi yang menghargai perbedaan keyakinan dan perbedaan. Apalagi peraih perdamaian, pernyataan itu justru membuat perdamaian menjadi semu, memunculkan sikap saling curiga bahkan konflik.
Nobel Perdamaian adalah penghargaan tertinggi yang diberikan khusus “untuk orang-orang yang memberikan upaya terbesar atau terbaik bagi persaudaraan antar bangsa…” Nilai-nilai perdamaian dan persaudaraan ini harus tetap dijaga para penerima Nobel Perdamaian – termasuk Suu Kyi- hingga akhir hayatnya.
“Jika penerima Nobel tidak bisa menjaga “perdamaian” maka demi perdamaian dan persaudaraan sudah selayaknya perhargaan yang diterimanya harus dikembalikan atau dicabut oleh Komite Nobel,” pintanya
Dari pantauan kabarkota.com, Selasa (29/3/2016), pukul 15.30 WIB, petisi tersebut telah mendapatkan dukungan lebih dari 33.800 orang. (Rep-03/Ed-03)