Seruan Pemuka Agama Tangkal Hoaks

ilustrasi

SLEMAN (kabarkota.com) – Cepatnya persebaran hoaks atau berita bohong di masyarakat membuat resah banyak kalangan, termasuk para pemuka agama.

Keresahan tersebut bukan tanpa alasan, karena dampak buruknya berpotensi besar menimbulkan konflik dan perpecahan di masyarakat, terlebih di masa-masa jelang penyelenggaraan pesta demokrasi lima tahunan, pada 17 April 2019 mendatang.

Bacaan Lainnya

Dalam hal ini, para pemuka agama memiliki peran penting untuk turut memerangi hoaks di masyarakat yang sangat mudah menyebar melalui berbagai saluran media, tak terkecuali media sosial.

Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang, Jawa Tengah, Rm. Yohanes Rasul Edy Purwanto Pr menyebut, ada tiga kunci dalam perspektif agama dalam menyikapi dan mengelola berita bohong (hoaks). Ketiga yang ia maksud adalah beriman, cerdas, dan bijaksana.

Menurutnya, beriman berarti memiliki kematangan spiritualitas yang tak sekedar memeluk agama tertentu, tetapi benar-benar mengimaninya.

“Dalam konteks ini (melawan hoaks), orang beriman itu akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Mana yang benar, mana yang tidak benar, dan seterusnya,” tegas Edy dalam Sarasehan Kebangsaan tentang Mengelola Kabar Bohong dan Distorsi Informasi dalam Politik Elektoral, di UGM, Rabu (13/3/2019).

Sedangkan cerdas, lanjut Edy, maknanya melek terhadap media. Sementara bijaksana membuat seseorang tak akan mudah terpengaruh dan terprovokasi oleh informasi-informasi yang tak jelas kebenarannya. Termasuk, bijaksana dalam mengelola media sosial.

Pihaknya juga berharap agar para tokoh agama tidak terjebak dalam pusaran arus informasi tersebut, dengan tidak mendistribusikannya kepada umat masing-masing.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY, Ahmad Muhsin Kamaludiningrat menambahkan bahwa selain tiga hal itu, tabayyun atau melakukan cek dan ricek atas informasi yang sampai pada seseorang guna memastikan kebenarannya.

Ahmad menganggap, filter yang dimulai dari diri sendiri akan mampu menjadi penangkal hoaks. “Berita bisa bermacam-macam, tapi yang menyaring kita sendiri,” pintanya. (Rep-02)

Pos terkait