Siswi SMA IT Abu Bakar Antusias ikuti Program Roadshow Profesor Fisika Plasma Mengajar di Yogyakarta

Kegiatan Profesor Fisika Plasma Mengajar, di Asrama Abu Bakar Boarding School Yogyakarta, pada 4 Februari 2023. (dok. kabarkota.com)

YOGYAKARTA (kabarkota.com) – YOGYAKARTA (kabarkota.com) – Puluhan siswi SMA IT Abu Bakar Yogyakarta antusias mengikuti kegiatan Profesor Fisika Plasma Mengajar, di Asrama Abu Bakar Boarding School Yogyakarta.

Bacaan Lainnya

Antusiasme itu terlihat dari interaksi para siswi dengan Direktur Center for Plasma Research (CPR) Universitas Diponegoro, Muhammad Nur selaku pembicara. Saat sesi tanya-jawab, sejumlah siswa mengajukan pertanyaan terkait fisika plasma dan aplikasinya dalam kehidupan saat ini dan di masa depan. Salah satunya, siswi kelas XII IPA 4, Irene Novia Maharani.

“Apakah di masa depan bisa menggantikan peran obat kimia dan pengawet makanan?” tanya Irene

Irene mengaku tertarik dengan materi pembahasan tersebut karena baginya, fisika plasma merupakan ilmu baru yang belum pernah dipelajari di sekolah.

Ia berharap, ke depan pengembangan produk-produk inovasi dari aplikasi plasma fisika bisa membuat kehidupan manusia lebih praktis.

Siswi kelas XII IPA 4, Irene Novia Maharani (dok. kabarkota.com)

“Pengawet makanan itu menurut saya lebih penting karena bisa mengurangi pembusukan atau pun layu. Itu bisa lebih dikembangkan karena selama ini yang sering terjadi, kita membeli makanan tapi membusuknya cepat padahal sebenarnya masih kita butuhkan,” ungkap Irene kepada kabarkota.com, di sela-sela mengikuti kegiatan Profesor Fisika Plasma Mengajar, pada 4 Februari 2023.

Menanggapi hal tersebut, Muhammad Nur menjelaskan bahwa selama ini, CPR telah mengaplikasikan fisika plasma menjadi produk komersial di bidang kesehatan, pangan, dan perikanan. Pihaknya mencontohkan sejak tahun 2017, CPR telah memproduksi alat penyimpanan produksi holtikultura yang dinamai D’Ozone.

D’Ozone ini bisa digunakan untuk menyimpan 60 jenis produk holtikultura, termasuk cabai dengan daya simpan selama 2 bulan,” jelas Nur.

Cara kerjanya, sambung Nur, generator tersebut akan membunuh bakteri yang menyebabkan enzim pembusukan pada produk holtikultura yang disimpan. Dengan begitu, bahan pangan yang disimpan tidak cepat membusuk. D’Ozone juga bisa digunakan untuk memperpanjang masa simpan telur dari sekitar 3 minggu menjadi 6-7 minggu.

“Jadi kalau teknik penyimpanan ini bisa diterapkan dengan benar, maka sebenarnya tidak akan ada fluktuasi harga pangan, sebab harganya bisa dikendalikan,” tegasnya.

Direktur CPR Universitas Diponegoro, Muhammad Nur (dok. kabarkota.com)

Pada umumnya, Nur mengaku, para pembeli generator D’Ozone adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), pengusaha, dan pemerintah. Dengan kapasitas storage 1 ton, D’Ozone dipasarkan dengan harga kisaran Rp 200 juta per unit. Sedangkan untuk kapasitas 50 kg, harganya sekitar Rp 10 juta

Lebih lanjut Nur beranggapan bahwa salah satu tantangan untuk pengembangan inovasi semacam ini terkait dengan kesadaran masyarakat untuk tidak selalu harus langsung menjual hasil produk pertanian mereka, melainkan bisa menyimpannya terlebih dahulu dengan teknologi berbasis fisika plasma ini.

“Plasma itu zat keempat, gas yang terionisasi dalam keadaan stabil,” sebut Nur.

Menurutnya, fisika plasma memang belum banyak dikenal masyarakat awam, bahkan tidak diajarkan di sekolah-sekolah. Untuk itu, kegiatan Profesor Fisika Plasma Mengajar ini menyasar anak-anak sekolah. (Rep-01)

Pos terkait